Peringkat tersebut diberikan dengan mempertimbangkan profil perusahaan yang menguntungkan namun dengan tingkat pendapatan yang fluktuatif, operasional perantara perdagangan efek (securities brokerage ) dan pembiayaan transaksi nasabah (margin financing ) yang terkelola secara baik, permodalan dan rasio utang yang memadai serta kemungkinan dukungan terbatas dari salah satu pemegang saham mayoritas, Bank Pan Indonesia (Bank Panin, peringkat jangka panjang mata uang asing Issuer Default Rating (IDR) 'BB'/Stabil, peringkat national 'AA-(idn)'/Stabil) yang memiliki 29% kepemilikan di Panin Sekuritas.
Fitch dalam siaran persnya, Sabtu (11/7/2009) menjelaskan, Panin Sekuritas menggunakan identitas korporasi yang sama dengan Panin Bank walaupun Panin Bank telah mengurangi kepemilikannya dari 40% di tahun 2007. Pemegang saham pendiri Panin Sekuritas (dan Panin Group) tetap ada dalam jajaran dewan komisaris.
"Fitch memahami hingga saat ini tidak ada rencana perubahan lebih lanjut kepemilikan Bank Panin di Panin Sekuritas. Namun demikian, terjadinya perubahan
kepemilikan lebih lanjut dan persepsi dukungan dari Bank Panin akan dapat memberikan implikasi pada peringkat Panin Sekuritas," jelas Fitch.
Sebagian besar pendapatan perusahaan dihasilkan oleh bisnis ekuitasnya dimana pembiayaan transaksi nasabah dan aktivitas perantara pedagang efek menyumbangkan paling sedikit setengah dari total pendapatan pada 2006 sampai kuartal I-2009. Hal ini diikuti oleh transaksi efek perusahaan yang berfluktuasi secara signifikan, komisi pengelolaan dana, komisi dari jasa penasihat keuangan dan penjamin emisi efek. Kinerja perusahaan sangat terkait dengan pergerakan bursa saham Indonesia-yang berbeda dengan bursa dunia lainnya-yang meningkat tajam di tahun 2007 kemudian menurun pada tahun 2008 sebelum kembali meningkat tajam sejak akhir kuartal I-09.
Keuntungan bersih turun lebih dari setengah menjadi Rp 36,5 miliar pada tahun 2008 (2007: Rp 86,9 miliar) namun telah membaik pada Januari-Mei 2009 dimana keuntungan yang dibukukan selama periode tersebut telah melebihi keuntungan sepanjang tahun 2008.
Perusahaan tidak memiliki pencadangan atas akun yang bermasalah karena tidak adanya pembiayaan transaksi nasabah yang tidak tertagih.
"Akan tetapi, perusahaan mencadangkan Rp 5,4 milyar untuk menutupi penurunan nilai efek dari transaksi beli efek dengan perjanjian penjualan kembali (reverse repo ) pada akhir tahun 2008," kata Fitch.
Menurut Fitch, perusahaan mengharapkan dapat memperoleh kembali (written-back ) pencadangan tersebut pada tahun ini. Perdagangan efek portofolio surat berharga menyumbangkan sebagian besar eksposur resiko pasar.
"Portofolio surat berharga mencapai 19% dari total aset pada akhir tahun 2008, dimana 66 persen diinvestasikan pada reksa dana yang memang hampir semua reksa dana tersebut dikelola oleh divisi reksa dana perusahaan, 21% surat hutang bermata uang rupiah, dan 13% dalam saham-saham yang tercatat di bursa dalam negeri," tuturnya
Lebih lanjut Fitch menjelaskan piutang efek dan ekuitas yang dimiliki dalam transaksi beli efek dengan perjanjian penjualan kembali, yang semuanya terkait dengan bisnis perdagangan dan pembiayaan efek perusahaan, menyumbangkan 85% dari total aset di tahun 2007 tetapi menurun menjadi 46% di tahun 2008 karena penurunan aktivitas pasar yang tajam.
Aset likuid yang dimiliki seperti kas dan surat berharga naik menjadi 52% dari total aset pada tahun 2008 (2007: 15%) yang merupakan upaya manajemen untuk menjaga likuiditas.
"Perusahaan dibiayai terutama oleh ekuitas dan pinjaman jangka panjang melalui penerbitan obligasi dan pada akhir Mei 2009 perusahaan tidak memiliki pinjaman bank sehingga rasio hutang terhadap ekuitas menjadi 0,5 kali," paparnya.
(dru/dnl)