Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meminta PT Telkom Tbk (TLKM) menunda rencana sinergi unit usahanya, Flexi dengan Esia milik PT Bakrie Telecom, hingga Telkom memiliki jajaran direksi yang baru. Keputusan akhir sinergi tersebut ada pada jajaran direksi baru.
"Flexi-Esia minta di-hold sampai terbentuk manajemen baru. Nanti mereka (Telkom) yang akan bicara bagaimana rencana ke depannya," ujar Menteri BUMN Mustafa Abubakar di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (7/7/2010).
Ia mengatakan, sebelumnya manajemen Telkom sudah meminta izin untuk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terkait rencana sinergi tersebut. Namun, pihak Kementerian BUMN menolak hal tersebut karena sebaiknya menunggu perintah dari pemerintah selaku kuasa pemegang saham mayoritas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, manajemen yang baru nanti mungkin strategi bisnisnya tidak sama dengan manajemen saat ini. Oleh karena itu, alangkah baiknya untuk menunda sementara sampai kondisi ada jajaran direksi yang baru.
Saat ini, proses pemilihan calon direksi dan komisaris BUMN telekomunikasi itu masih berjalan. Pihak Kementerian BUMN masih menunggu hasil evaluasi dan seleksi dari TPA.
"Selain direksi, agenda pergantian komisaris juga akan dilakukan. Apakah (pergantiannya) total atau sebagian itu tergantung daru hasil evaluasi," imbuhnya.
Flexi merupakan produk code division multiple access (CDMA) Telkom, sedangkan Esia merupakan produk CDMA BTEL. Hingga akhir tahun 2009, Telkom-Flexi tercatat memiliki 15,1 juta pelanggan, sementara Bakrie Telecom memiliki 10,6 juta pelanggan.
Gabungan keduanya akan menciptakan operator dengan pelanggan terbesar keempat di Indonesia, di belakang PT XL Axiata Tbk yang memiliki 31,4 juta pelanggan hingga akhir tahun 2009.
Jumlah pelanggan tersebut akan meningkatkan penggunaan telepon, sehingga akan meningkatkan pendapatan sekaligus memperkuat daya saing kedua operator melawan 3 operator GSM terbesar yakni Telkomsel, Indosat, dan XL. (ang/dnl)











































