Dari data kinerja BUMN triwulan III-2010, Garuda membukukan rugi bersih sebanyak Rp 39,510 miliar, padahal sampai akhir tahun lalu sudah meraup laba bersih sebanyak Rp 1,08 triliun. Menurut Deputi Infrastruktur dan Logistik Sumaryanto Widayatin, selama Garuda masih punya rute maka masih ada prospek untuk meningkatkan pendapatan dan laba.
"Saya kira kita memang perlu mengkaji lagi apakah akan ditunda atau tidak. Kita tunggu juga kajian dari underwriter (penjamin emisi) kapan saat yang tepat untuk IPO," jelasnya dalam jumpa pers di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (5/11/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kesempatan yang sama, Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan kerugian Garuda di sembilan bulan pertama tahun 2010 itu karena masalah musiman saja. Menurutnya, bisnis maskapai sangat dipengaruhi oleh musim (seasonal).
"Sampai September itu belum peak season. Biasanya kan di bulan Juli dan akhir tahun. Saat itu banyak yang cuti liburan natal dan tahun baru, ditambah ada musim haji juga," ujarnya.
Komisaris Garuda Sahala Lumban Gaol menambahkan, kerugian Garuda juga dikarenakan masih adanya penyesuaian beberapa rute baru yang sudah dibuka Garuda di tahun 2010 ini. Namun, hingga akhir tahun 2010 nanti, ia optimistis maskapai BUMN itu bisa meraup laba sebanyak Rp 170 miliar.
"Tahun 2010 ini Garuda sangat agresif buka rute baru jadi masih perlu beberapa penyesuaian. Tapi di November ini sudah bisa kelihatan dari pemesanan tiket, dan ada juga musim haji," jelasnya.
Meski demikian, ia mengaku Garuda tidak akan bisa mencapai target laba dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun 2010 dengan laba sebanyak Rp 900 miliar. Garuda hanya mampu meraup laba Rp 170 miliar dii akhir tahun ini.
"Tapi di 2011 nanti, kegiatan operasional Garuda akan semakin membaik. Tahun ini kan masih banyak yang belum matching antara kebutuhan pesawat dan kru serta pilot," ungkap Sahala.
(ang/qom)











































