News & Analysis
UNVR: PT Unilever Indonesia Tbk
Pada Investor Summit & Capital Market Expo 2010, UNVR memaparkan company profile, core business unit-nya, strategi bisnis dan kinerja keuangannya. Dengan kepemilikan saham oleh publik sebesar 15% UNVR tetap menjalankan core business -nya pada produk-produk Home & Personal Care dan produk-produk Food & Ice Cream. Melalui strategi more user, more usage dan more benefit, UNVR pada kuartal ketiga 2010 berhasil mencapai penjualan Rp 14,68 triliun atau meningkat 8,7% dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Pendapatan bersih UNVR juga meningkat 12% dibanding periode yang sama pada tahun 2009 menjadi Rp 2,55 triliun. Untuk tetap mempertahankan pertumbuhannya UNVR juga melakukan strategi efisiensi dan diversifikasi produk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
TLKM: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Perseroan dalam paparan pada saat investor summit kemarin (tanggal 10 november) mengatakan bahwa proses merger antara flexi dan esia diperkirakan masih akan memakan waktu lama dikarenakan banyak hal yang masih harus di selesaikan seperti penetapan harga wajar masing-masing perusahaan, kemungkinan penolakan dari serikat pekerja , dll. Perseroan juga memaparkan kinerjan sampai dengan 3Q10 dimana EBITDA flat pada level 28,2 triliun. Sedangkan pada net income turun 3.9% menjadi 8,9 trilliun. Kami melihat perseroan sudah pada fase mature, berita mengenai interkoneksi dapat memicu persaingan harga yang akan menurunkan pendapatan perseroan namun perseroan mengatakan saat ini sedang dikaji oleh BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia) untuk mengenakan tariff interkoneksi pada layanan SMS, yang tadinya tidak ada, bila hal ini terjadi akan menambah pendapatan perseroan. Saat ini bisnis cellular masih menjadi tulangpunggung bisnis perseroan dengan kontribusi 42% (turun dari tahun lalu 43%) namun kedepan bisnis data, internet dan IT akan menjadi tulangpunggung dan growth driver perseroan, saat ini menyumbang 30% pendapatan atau meningkat dibanding tahun sebelumnya 27%. 12 analis merekomendasikan beli dan 11 hold dengan target harga tertinggi 12.000/saham.
BBRI: BRI Targetkan Pertumbuhan Kredit 22% di 2010
BRI menargetkan pertumbuhan kredit di 2011 mencapai 22%. "Kita sesuaikan dengan kondisi perekonomian terlebih dahulu namun rata-rata kisarannya kredit bisa tumbuh antara 20-22%," katanya. Untuk mendukung ekspansinya, BRI telah memasukkan rencana penerbitan obligasi subordinasi (subdebt) senilai US$ 200 juta. "Jadi kita lihat terlebih dahulu bagaimana di 2011. Seandainya diperlukan subdebt tersebut ya akan kita lakukan," ungkapnya. Subdebt dalam bentuk dolar AS tersebut rencananya akan menambah Rasio Kecukupan Modal (CAR) BRI sebesar 0,5%. "Saat ini CAR BRI kan 13,5% nah kita akan maintain di 14% jadi sewaktu-waktu diperlukan akan kita terbitkan subdebtnya," kata Baiquni.
Comment: Kami menilai target 22% ini cukup realistis mengingat masih sedikitnya tingkat penyerapan kredit oleh UKM. Namun meningkatnya kredit ini belum tentu dapat disimpulkan sebagai pertumbuhan pendapatan mengingat dampak bencana yang sedang terjadi kemungkinan akan berdampak cukup signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Seperti halnya yang dijelaskan dalam paparan BRI pada Investo r Su mmit & Capital Market Expo 2010 kemarin , tingkat penyebaran kredit terbesar BRI terjadi di Yogyakarta, yaitu sebesar 11% dari to tal kredit. Terlebih lagi wacana dari pihak BRI yang memungkinkan akan menurunkan jumlah Divid en Payout Ratio perbankan. Berdasarkan consensus analis 23 mereko mendasikan Buy, 5 Hold, dan 2 Sell dengan target harga rata – rata Rp 12,601 per lembar saham.
AALI: PT Astra Agro Lestari Tbk
Dari sisi produksi selama bulan Januari – September 2010, Astra Agro Lestari mencatatkan total produksi TBS sebesar 3,021,716 atau mengalami penurunan sebesar 3.4% dimana penurunan ini disebabkan adanya penurunan dari produksi perkebunan inti yang turun 2.3% dan plasma sebesar 7.5%. Hasil penurunan TBS mempengaruhi total produksi CPO dan kernel yang mencatatkan 777,210 dan 167,665 atau mengalami penurunan sebesar 1.1% dan 1%. Di sisi lain, memburuknya cuaca pada negara -negara penghasil kelapa sawi t terbesar di dunia yaitu Indonesia dan Malaysia serta terus meningkatnya permintaaan akan produk kelapa sawit berhasil menaikkan harga jual CPO menjadi Rp. 6,667/kg atau naik 5.4% sementara kernel naik 39% menjadi Rp. 3,610/kg. Hal inilah yang pada akhirnya menjadi salah satu factor kenaikan dari segi total penjualan perusahaan yang berhasil mencapai Rp. 5,721.6 miliar atau naik 4.7% dibandingkan periode sebelumnya meski pada akhirnya kenaikan harga pokok penjualan serta beban usaha yang lebih tinggi pada sebelumnya mengakibatkan penurunan pada laba bersih perusahaan.
Economic & Strategy
IPO: Tujuh Perusahaan BUMN akan IPO Pada 2011
Sebanyak tujuh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan meramaikan pasar modal pada 2011 dengan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), salah satunya PT Asuransi Jasindo (Persero). "Nanti akan ada tujuh BUMN lagi yang akan meramaikan pasar modal kita pada 2011, salah satunya Jasindo," ujar Menteri Keuangan Agus Martowardojo saat acara "Investor Summit & Capital Market Expo 2010", di Jakarta, Rabu.
Comment: Rencana IPO 7 BUMN pada 2011 menurut kami akan menbawa da mpak positif bagi iklim investasi saham di Indonesia. Secara umum, dengan masuknya 7 BUMN ke pasar modal Indonesia, akan meningkatkan kapitalisasi pasar pada bursa saham Indonesia. Bagi emiten (BUMN) dengan adanya pendanaan melalui IPO diharapkan dapat mendukung kinerja keuangan dan peningkatan kualitas bisnis melalui mekanisme good corporate governance. Bagi investor, 7 BUMN yang akan masuk bursa akan menambah alternatif dala m portofolio sahamnya.
Infra: China Akan Ajak Pengusahanya ke RI
Pemerintah China akan mengajak perusahaan-perusahaan China untuk terlibat dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Hal itu disampaikan Ketua Parlemen Republik Rakyat China Wu Bang Guo saat menghadiri jamuan makan malam dari Lembaga Kerjasama Ekonomi, Sosial, dan Budaya Indonesia-China.
Comment: Seiring dengan berita yang sedang beredar bahwa Indonesia diperkirakan akan mendapatkan rating setara dengan “Investment Grade”, maka program pembangunan infrastruktur yang terus digalakkan untuk menunjang pertumbuhan perekonomian kita yang terus lebih meningkat, terus menjadi sorotan para investor-investor asing untuk berinvestasi di Indonesia didalam pembangunan sektor infrastruktur yang sangat membutuhkan dana yang sangat besar. Dari catatan Bapenas (2009) yang kami peroleh, pembangunan infrastruktur yang diperlukan da ri tahun 2009 -2014 sebesar Rp. 1,429 triliun, yang sementara dana yang sanggup pemerintah anggarkan adalah sebesar Rp 450 triliun , maka “gap” yang terjadi adalah sebesar Rp 978 triliun. Maka pembiayaan-pembiayaan dari swasta maupun asing masih sangat dibutuhkan untuk sector tersebut. Emiten -emiten seperti ADHI, JSMR,WIKA,TOTL, DGIK akan mendapatkan keuntungan dalam pengembangan sector infrastruktur ini.
(etr/ang)











































