Demikian disampaikan Ketua Tim Evaluasi Independen, Achmad Daniri kepada detikFinance di Jakarta, Jumat (12/11/2010).
"Saya usulkan, IPO harus ada misi membangun investor domestik. Sudah ada target berapa porsi domestik. Indonesia 25 juta (penduduk) misalkan harus ada 10%. Di Malaysia saja sudah ada 10 juta yang memiliki rekening saham," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sistem sudah ada, tapi kalau tidak ada edukasi? Seperti waktu Telkom dan Indosat, semua harus melakukan sosialisasi. Ada porsi Bursa (BEI), underwriter," ucapnya.
Pihak pemegang saham KS, yaitu Kementerian BUMN, juga telah berjanji untuk membuka data pembeli saham perseroan di pasar perdana. Ini sekaligus menjadi momentum untuk sosialisasi, sehingga pada proses IPO BUMN selanjutnya lebih transparan dan tidak ada benturan kepentingan satu sama lain.
"Supaya masyarakat berfikir ulang, seperti apa pembentukan harga IPO. Disajikan data riil, yang valid. Fakta-fakta harus disampaikan, kalau tidak akan terjadi miss leading. Nanti kita bisa lihat, biasanya harga stabil setelah 2 minggu (perdagangan)," paparnya.
Seperti diketahui, investor asing mendapat jatah 35% dari total saham KRAS yang ditawarkan ke publik, 3,155 miliar lembar. Pada hari pertama listing investor asing justru menjadi pihak yang memborong saham KS di awal perdagangan dan akhirnya melepas banyak-banyak saat harganya sudah naik menjelang penutupan bursa.
Pada penutupan Sesi I Rabu (10/11/2010), saham KS langsung diburu investor lokal dan asing hingga harganya sempat melesat 47,05% ke Rp 1.250 per saham. Namun, investor asing tidak mau lama-lama memegang saham KS dan mencatat jual bersih (net sell) Rp 271,671 miliar.
Sampai penutupan bursa, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih saham KS senilai Rp 378,693 miliar. Kepemilikan asing di saham KRAS kini hanya tersisa 5% saja.
(wep/ang)











































