IPEI Minta Pengamat Tidak Asal Ngomong Soal IPO KS

IPEI Minta Pengamat Tidak Asal Ngomong Soal IPO KS

Angga Aliya ZRF - detikFinance
Jumat, 19 Nov 2010 14:28 WIB
Jakarta -

Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI) meminta seluruh masyarakat terutama pemerhati pasar modal tidak memberikan pandangan atau pendapat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap penawaran perdana PT Krakatau Steel Tbk (KRAS). Pasalnya, pandangan yang tidak jelas itu akan menimbulkan polemik sehingga membingungkan masyarakat.

"Semua lapisan masyarakat sebaiknya turut serta menciptakan iklim portfolio investasi yang kondusif dan menjaga kepercayaan investor untuk tetap berinvestasi di tanah air," kata Ketua Umum IPEI Saldu Solihin dalam siaran pers yang diterima detikFinance, Jumat (19/11/2010).

Menurutnya, industri pasar modal Indonesia saat ini masih dalam tahap perkembangan dengan potensi pertumbuhan di atas rata-rata negara lain. Maka dari itu perlu dukungan dari banyak pihak untuk mencapai hal tersebut, salah satunya dengan tidak asal ucap dalam menghadapi sebuah persoalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, IPEI juga meminta seluruh pihak terkait, terutama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dalam melakukan audit terhadap initial public offering (IPO) Krakatau Steel tetap menjaga dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip kerahasiaan data dan rekening efek nasabah.

Pasalnya, regulasi pasar modal negara manapun pada prinsipnya memberikan perlindungan terhadap kerahasiaan data nasabah. Sehingga, publikasi terhadap data pembeli saham perdana KS tidak mungkin dilakukan.

Meski tidak bisa dipublikasikan, namun IPEI mendorong Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) untuk memeriksa transaksi saham emiten berkode KRAS itu guna menemukan pelanggaran di balik tingginya kenaikan harga saham KRAS pada hari perdananya di bursa.

"Pengawasan dan pemeriksaan harus dilakukan Bapepam agar ditemukan ada tidaknya pelanggaran di balik kenaikan harga saham KS di BEI (Bursa Efek Indonesia)," ujarnya.

Seperti diketahui, IPO BUMN baja itu menjadi polemik karena menuai banyak kontroversi. Salah satu yang menjadi bahan pembicaraan adalah harga sahamnya yang dijual murah.

Harga saham yang murah itu dinilai menjadi kerugian negara karena raupan dana IPO yang tidak maksimal. Selain itu, isunya melebar menjadi alokasi penjatahan saham KS yang kabarnya sudah diatur sedimikian rupa sehingga dianggap jatah bagi-bagi kue.

Sebelumnya, rakatau Steel melepas 3,15 miliar lembar saham di harga Rp 850 per lembar saham pada 10 November 2010. Pada saat pembukaan bursa, harganya melesat jadi Rp 1.250. Investor asing menjadi pihak yang memborong saham KS di awal perdagangan dan akhirnya melepas banyak-banyak saat harganya sudah naik menjelang penutupan bursa.

Pada penutupan Sesi I perdagangan perdananya, saham KS langsung diburu investor lokal dan asing hingga harganya sempat melesat 47,05% ke Rp 1.250 per saham. Namun, investor asing tidak mau lama-lama memegang saham KS dan mencatat jual bersih (net sell) Rp 271,671 miliar.

Sampai penutupan bursa, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih saham KS senilai Rp 378,693 miliar. Kepemilikan asing di saham KRAS kini hanya tersisa 5% saja.

Hari ini, saham KRAS berada di posisi Rp 1.270 per lembar saham, terkoreksi tipis Rp 10 dari sebelumnya Rp 1.280 per lembar saham. Hingga penutupan perdagangan Sesi I, saham KRAS sudah diperdagangkan 1.021 kali dengan nilai transaksi Rp 31 miliar.

(ang/qom)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads