News & Analysis
BMRI: Bank Mandiri Siap Kucurkan Rp 30 Triliun Kredit Infrastruktur
PT PT Bank Mandiri siap kucurkan kredit sebesar Rp 30 triliun untuk berbagai pembangunan infrastruktur di dalam negeri. Sebanyak Rp 10 triliun dari dana sebanyak itu akan dialokasikan untuk pembangunan jalan raya. "Jadi kita sudah komitmen sebesar Rp 30 triliun untuk infrastruktur," ujar Direktur Institutional Banking Bank Mandiri Abdul Rachman ujarnya dalam seminar Prospek Hubungan Indonesia -Cina di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (23/11/2010). Menurut Abdul, dari alokasi rencana kredit tersebut sebesar Rp 10 triliun dialokasikan untuk infrastruktur jalan. Namun, dari jumlah tersebut baru Rp 1 triliun yang terserap. Pasalnya, kebanyakan proyek jalan tersebut terhambat karena per masalahan pembebasan lahan. Sedangkan untuk pembiayaan di sektor Migas, Bank Mandiri berkomitmen untuk membiayai sebesar Rp 10,4 triliun. Namun yang baru terealisasikan sebesar Rp 8,4 triliun. Untuk sektor telekomunikasi, Bank Mandiri telah berikan kredit sebesar Rp 7,178 triliun untuk belanja modal industri telekomunikasi dari alokasi untuk sektor tersebut sebesar Rp 9 triliun. Untuk Indosat sebesar Rp 2,6 triliun, Telkomsel sebesar Rp 1,778 triliun, Exelcom sebesar Rp 2,8 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
UNSP: Bidik perusahaan perkebunan besar untuk diakuisisi
Setelah melakukan tukar guling saham dengan Villar Plc, Bakrie kini sedang menggodok rencana merger antara PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) dengan perusahaan perkebunan di Indonesia. Seorang petinggi grup Bakrie menuturkan, setelah akuisisi aset Domba Mas tuntas, kini UNSP sedang menjajaki rencana kerjasama dengan pemilik perusahaan perkebunan besar di Indonesia. Arah kerjasamanya adalah merger dengan UNSP. Tapi Bakrie akan tetap sebagai pengendali.
Comment: Rencana kerjasama perusahaan untuk mengakuisisi perusahaan perkebunan besar di Indonesia merupakan salah satu langkah agresif agar dapat meningkatkan nilai perusahaan di masa mendatang, namun perlu dicermati asset dari perusahaan perkebunan yang bersangkutan. Saat ini UNSP diperdagangkan pada P/E 14.3x dan EV/EBITDA 8.5 x atau masih berada di bawah rata-rata industri perkebunan
JPFA: Resmi Merger
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) r esmi menggabungkan usahanya (merger) dengan dua anak perusahaan, yaitu PT Bintang Terang Gemilang (BTG), dan PT Multiphala Agrinusa (MAP). Merger tersebut bertujuan untuk efisiensi usaha. Merger antara Japfa dan dua anak usaha hanya akan merampingkan struktur perusahaan.
Comment: Sesuai dengan annual report tahun 2009 perusahaan PT Bintang Terang dan PT Multiphala Agrinusa merupakan perusahaan pakan ternak yang 100% sahamnya dimiliki oleh PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) sehingga aksi merger tersebut tidak akan memberikan dampak yang signifikan pada perusahaan. Saat ini JPFA diperdagangkan pada P/E 7.8x dan EV/EBITDA 5.9x atau masih berada di bawah rata-rata industri.
Economic & Strategy
Trans: Proyek Monorel Ditawarkan Lagi Tahun Depan
Kepastian pendanaan proyek MRT (mass rapid transit) tahap II oleh JICA akan diputuskan pada Februari atau Maret 2011 setelah mendapat laporan final tim lembaga tersebut mengenai kelayakan dan jadwal pembangunan angkutan massal itu. Direktur Divisi Asia tenggara bagian Indonesia Japan International Cooperation Agency (JICA) Yuho Hayakawa mengatakan pihaknya sudah mengirimkan tim ke Jakarta untuk finalisasi pendanaan proyek MRT tahap II rute Bundaran HI -Kampung Bandan. Pemerintah pusat mengambil alih proyek pembangunan angkutan massal monorel dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah menjadikan monorel sebagai proyek prioritas yang siap tender. Direktur Kemitraan Pemerintah Swasta Bappenas Bastary Pandji Indra mengatakan, proyek terkatung-katung ini akan menjadi salah satu proyek yang ditawarkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional kepada investor asing maupun lokal pada 2011. Diharapkan proyek senilai US$500 juta ini bisa segera dicarikan investor baru pada tahun depan dan pada 2014 mulai dibangun.
Comment: Proyek mono rel ini merupakan proyek infrastruktur yang bukan hanya memerlukan pembiayaan yang besar tetapi sangat โurgentโ sifatnya, karena selain proyek tersebut sudah pernah berjalan, proyek ini juga sangat dibutuhkan untuk peng endalian macet di jalan raya kota DKI Jakarta. Dengan mengangkat kembali proyek tersebut ke permukaan serta dukungan dari pemerintah pusat untuk mengambil alih proyek tersebut dari pemerintah daerah, maka kemungkinan yang bisa terjadi bagi perusahaan yang pernah terlibat didalam proyek ini akan membantu permasalahan yang dialami sebelumnya. Bagi Adhi Karya yang sebelumnya menjadi salah satu perusahaan konstruksi monorel ini akan mendapat keuntungan dari kembalinya proyek tersebut.
(etr/ang)











































