Dirut Garuda Ingin IPO di Harga Premium

Dirut Garuda Ingin IPO di Harga Premium

Whery Enggo Prayogi - detikFinance
Rabu, 12 Jan 2011 18:15 WIB
Dirut Garuda Ingin IPO di Harga Premium
Jakarta - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar menginginkan harga premium atas penawaran perdana saham (IPO), dari kisaran yang telah ditentukan dalam paparan publik, Rp 750-1.100.

"Kita inginnya harga yang paling atas," jelas Emir di Hotel Ritz Calton, SCBD Jakarta, Rabu (12/1/2010).

Namun kepastian harga harus menunggu proses penawaran perdana (bookbuilding) saham IPO Garuda pada 7 Februari 2011 mendatang. Saat ini perseroan baru akan menggelar road show pada 13-24 Januari 2011. Ketetapan harga akan diketahui pada 25 Januari 2010.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Analis menentukan, tapi pada akhirnya (harga) ditentukan investor. Kalau banyak order, harga akan optimal," jelas Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas, Marciano Herman.

Seperti diketahui, pemerintah bakal melepas saham IPO PT Garuda Indonesia di kisaran Rp 750-1.100 per lembar. Harga ini sudah berdasarkan persetujuan pemerintah sebagai pemegang saham dengan penjamin emisi (underwritter).

Menteri BUMN, Mustafa Abubakar mengatakan dirinya menghendaki harga saham IPO Garuda berada di atas kisaran tersebut. Namun 3 penjamin emisi tidak sanggp jika menjual di atas Rp 900 per lembar.

Dia berharap posri investor domestik dalam penjatahan IPO mencapai 70-80%. Jumlah saham IPO Garuda 9.362.429.500 lembar. Diambil dari seri B 7.426.691.500 saham baru dan dikeluarkan dari portepel perseroan, dgn nilai nominal Rp 500. Kedua, 1.935.738.000 lembar diambil dari saham seri B milik Bank Mandiri. Jumlah saham yang ditawarkan setara dengan 36,48% dari total modal ditempatkan dan disetor

Bertindak sebagai penjamin emisi adalah PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Bahana Securities. Target dana yang bisa diperoleh dari penjualan 36,48% saham ke publik itu sekitar berkisar Rp 4-5 triliun. Niat maskapai pelat merah itu melantai di bursa akan dilaksanakan pada 11 Februari 2011.

(wep/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads