Garuda Apes, IPO Saat Pasar Anjlok

Garuda Apes, IPO Saat Pasar Anjlok

Angga Aliya ZRF - detikFinance
Selasa, 01 Feb 2011 11:27 WIB
Garuda Apes, IPO Saat Pasar Anjlok
Jakarta -

PT Garuda Indonesia (Persero) dinilai kurang beruntung karena berniat melangsungkan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) saat kondisi pasar sedang tidak kondusif. Selain itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang juga berniat menggelar aksi korporasi di lantai bursa mengalami hal yang serupa.

"Garuda dan Mandiri memang agak apes, tidak seberuntung KS (Krakatau Steel) dan BNI (PT Bank Negara Indonesia Tbk). Karena dilakukan lebih dulu, KS dan BNI dapat memanfaatkan konjungtur pasar modal yang saat itu sedang di bullish. Mereka pun bisa menikmati harga yang tinggi," kata Ekonom Dradjad Wibowo kepada detikFinance, Selasa (1/2/2011).

Menurutnya, sejak akhir Desember, investor asing memang sudah mengambil ancang-ancang untuk menguji kekuatan bursa dalam negeri dan sekaligus profit taking. Ini mengakibatkan koreksi tajam di Januari, bahkan sebelum kerusuhan di Mesir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan kondisi seperti itu, sentimen pelaku pasar terhadap Garuda dan Mandiri tidak segegap gempita seperti terhadap KS dan BNI," imbuhnya.

Ia juga menilai, Garuda selama ini bergerak di sektor hilir dengan persaingan pasar yang super ketat, terutama dengan LCC (low cost carriers). Minat pasar terhadap Garuda masih tinggi, tapi tidak sebesar KS.

"Pelaku pasar juga sangat price sensitive terhadap Garuda dibanding KS. Selain disebabkan kondisi global, juga karena the nature of business dari Garuda," ujarnya.

Maka dari itu, ia meminta pemerintah mengutamakan investor jangka panjang seperti Jamsostek dan perusahaan asuransi dalam IPO Garuda. Dukungan penuh negara terhadap operasional Garuda dan restrukturisasi utangnya akan menambah kepercayaan calon investor.

Selain itu, ia menyarankan Kementerian BUMN perlu menyiapkan langkah stabilisasi pasar, dengan melibatkan secara penuh kekuatan BUMN di bursa. Tujuannya antara lain agar pasar makin yakin terhadap kekuatan investor domestik, sehingga tidak sepenuhnya didikte investor spekulatif asing seperti saat ini.

"Intinya, Kementerian BUMN harus street smart dalam bermain di pasar untuk menyukseskan rights issue Mandiri dan IPO Garuda. Jangan sampai keduanya flat, apalagi flop (harganya ambruk). Kalau sampai flat apalagi flop, efek dominonya bisa panjang," ujarnya.

Garuda akan melepas saham baru sebanyak 6,33 miliar lembar atau setara dengan 26,67% dari total modal yang ditetapkan. Porsi ini didiskon dari target semula 30%. Pemerintah telah menetapkan harga IPO Garuda Rp 750 per lembar. Dengan demikian, total dana yang didapat mencapai Rp 4,751 triliun.

Untuk rights Issue BMRI sendiri, telah ditetapkan pada level Rp 5.000 per lembar. BMRI melepas 2.336.838.591 saham baru melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) bertujuan untuk menjaga rasio kecukupan modal. Dengan demikian dana yang berhasil dikumpulkan perseroan sebanyak Rp 11,68 triliun.

(ang/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads