Hal tersebut dilakukan dalam rangka menambah modal sehingga ekspansi kredit perseroan bisa lebih besar. Pada akhir tahun 2010, bank pelat merah itu mencatat laba sebanyak Rp 9 triliun.
Dengan permintaan perseroan untuk mengurangi setoran dividen, maka maksimal dividen yang bisa dibagikan sebesar Rp 900 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Β
Menurut Sofyan, dividen yang disetorkan sebesar 30% dapat mengurangi ekspansi perseroan untuk menyalurkan kredit. "Kan kita tahu semua Rp 1 triliun modal bisa mengucurkan Rp 12 triliun kredit kan bagus itu," tambahnya.
Dikatakan Sofyan, dividen memang diambil dari laba perseroan yang nantinya digunakan untuk APBN tetapi khusus saat ini BRI ingin sesuatu yang lebih.
"Kita ingin Rp 60 triliun melakukan pembiayaan. Tahun 2010 sendiri kita itu berikan kredit Rp 50 triliun khusus ke pemerintah. Kami ingin berkembang terus jadi equity bisa lebih besar dan juga mendorong ekonomi nasional," tambahnya.
Ditempat yang sama Menteri Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan tidak ada perbedaan jika dividen disetor ataupun ditahan di jadi laba bank.
"Sebetulnya itu begini ya, karena dividen itu masuk ke APBN dan itu untuk pembangunan kita ke depan," tuturnya.
Dijelaskan Hatta, jika misalkan bank BUMN saat ini sebagai motor pembangunan sama juga APBN di depan untuk pembangunan koridor yang sampai juga larinya kesana.
"Yang penting buat kita itu adalah bagaimana impact setiap rupiah yang dibelanjakan itu memberikan dampak yang baik untuk pertumbuhan kita dengan core yang baik," jelasnya.
Namun, Hatta menegaskan ketika bank BUMN meminta dividen lebih kecil kewenangan akhir nantinya ada di Menteri BUMN.
"Nah, itu menteri BUMN saja yang urus," tegas Hatta.
(dru/ang)











































