"Kami akan persiapkan (IPO) tahun depan. Sebelum IPO, kita terbitkan obligasi satu lagi tahun depan. Saham yang akan dilepas sekitar 20-30%," jelas Presiden Direktur Bank NTT, Daniel Tagu Dedo usai penawaran obligasi perseroan, di Hotel Ritz Calton, SCBD, Jakarta, Selasa (7/6/2011).
Perseroan menargetkan pertumbuhan kredit 30% menjadi Rp 3,63 triliun hingga akhir tahun 2011. Rasio kecukupan modal (CAR) juga akan dijaga pada level 28%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyaluran kredit masih didominasi sektor Usaha Kecil Menegah (UKM) dan Mikro. Sebanyak 70% akan disalurkan pada sektor ini. Sisanya untuk industri unggulan, seperti kakao, cokelat serta olahan rumput laut.
Ia menambahkan, sampai dengan akhir 2011 akan ada penambahan penyaluran kredit sekitar Rp 800 miliar. Selain masuk ke industri unggulan, perseroan juga akan membiayai pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menjadi program PLN.
"Dalam pembiayaan dari 13 PLTU PLN, dua diantaranya ada di NTT. Total investasinya mencapai Rp 1,4 triliun yang didanai dari 26 BPD. Lokal kita juga bangun PLTD, dan pembangkit listrik micro hydro yang ramah lingkungan. Kredit UKM kami akan masuk sektor peternakan Rp 100 miliar. Juga industri pengolah tepung rumput laut, dananya cukup besar RP 50-75 miliar," ungkap Daniel.
Untuk memenuhi pendanaan dalam rangka ekspansi kredit, Bank NTT menerbitkan surat utang (obligasi) Rp 500 miliar. Juga penyertaan modal langsung dari Pemerintah Provinsi NTT.
"Kami masih membutuhkan dana-dana yang bersifat jangka panjang. Seperti obligasi ini. Obligasi justru melengkapi struktur pendanaan BPD NTT," ucapnya.
CAR perseroan sampai April 2011 mencapai 29% atau jauh melampaui ketentuan minimum dari Bank Indonesia (BI). Atas rencana penyaluran kredit ini, CAR masih akan terkontrol di level 27-28%.
"CAR kami masih tinggi karena selama ini kredit disalurkan ke PNS (Pegawai Negeri Sipil), dan memakai Asuransi BUMN, sehingga AMTR-nya hanya 50%," tutur Daniel.
Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank NTT sampai dengan Maret mencapai Rp 3,2 triliun. Ini terdiri dari dana murah, Giro Rp 2 triliun serta tabungan Rp 800 miliar-Rp 1 triliun. "Dana mahal, deposito perseroan mencapai Rp 1,2 triliun. DPK sampai akhir tahun diharapkan mencapai Rp 5-6 triliun," tegasnya.
(wep/ang)











































