Krisis Utang AS Belum Usai, Rupiah Semakin Perkasa

Krisis Utang AS Belum Usai, Rupiah Semakin Perkasa

- detikFinance
Rabu, 27 Jul 2011 13:25 WIB
Krisis Utang AS Belum Usai, Rupiah Semakin Perkasa
Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat dan menembus Rp 8.400/US$ dipicu penyelesaian krisis utang AS yang menemui jalan buntu dan utang Uni Eropa.

"Penguatan rupiah sudah terjadi hari ini yang telah menembus di bawah Rp 8.500 akibat melemahnya US$. Pelemahan ini terkait dengan belum sepenuhnya membaiknya prospek Uni Eropa setelah tambahan pinjaman kedua ke Yunani, dan ketidakpastian penyelesaian negosiasi kebijakan fiskal US," kata Deputi Gubernur BI Hartadi Sarwono kepada detikFinance, Rabu (27/7/2011).

Menurutnya, tren penguatan rupiah ini sejalan dengan mata uang lainnya di dunia yang juga terkerek akibat dolar AS yang terjun bebas karena sentimen lambatnya penyelesaian krisis utang. Pasalnya, arus modal yang masuk ke Indonesia juga belum terlalu banyak dan masih dalam batas normal.
Β 
"Saya berpendapat penguatan rupiah lebih banyak akibat pelemahan US$ ketimbang inflow yang masih dalam batas normal," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga menilai krisis di AS akan segera mendapatkan penyelesaian dengan adanya kesepakatan antara pemerintah dengan parlemennya. Pemerintah AS sadar kalau sampai terjadi gagal bayar, maka risikonya akan sangat tinggi bagi perekonomian dunia.

"AS dan negara-negara di dunia sadar akan risiko gagalnya kesepakatan ini sehingga akan diupayakan segera terjadi dalam waktu dekat," ungkapnya.

Seperti diketahui, belum tercapainya kesepakatan soal kenaikan batas utang AS menjelang tenggat waktu 2 Agustus membuat dolar AS makin terpuruk. Dolar AS sudah merosot tajam sejak Presiden Barack Obama mengungkapkan argumennya melawan partai Republik di depan publik AS.

Kekhawatiran terbesar para investor adalah terjadinya kebuntuan politik yang bisa menyebabkan pemerintah AS kehabisan uang untuk membayar tagihan-tagihan dan utangnya pada 2 Agustus. Pemerintahan Obama harus berjuang keras untuk mendapatkan persetujuan kenaikan batas utang sebesar US$ 14,3 triliun sebelum tenggat waktu 2 Agustus tersebut.
(ang/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads