PT Bakrie & Brothers Tbk akhirnya mencetak laba bersih Rp 45,493 miliar di semester I-2011, setelah pada tahun-tahun sebelumnya mencetak rugi bersih. Pada semester pertama tahun lalu, entitas bisnis Grup Bakrie itu masih merugi Rp 171,51 miliar.
"Laba bersih kami naik signifikan, mencapai 127% jika dibanding perolehan pada semester pertama tahun lalu yang berasal dari laba bersih kegiatan investasi dan penghapusan bunga karena pelunasan hutang yang lebih cepat dari seharusnya," kata Direktur Utama BNBR Bobby Gafur Umar dalam siaran pers, Jumat (19/8/2011).
Pendapatan perseroan di paruh pertama tahun ini hanya naik tipis dari Rp 6,003 triliun tahun lalu menjadi Rp 6,479 triliun. Beban pokok pendapatan yang juga naik menggerus laba kotor perseroan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Naiknya beban usaha itu juga ikut menggerus laba usaha menjadi hanya Rp 296,62 miliar dibandingkan laba usaha semester pertama tahun lalu Rp 508,76 miliar.
Dengan laba usaha yang turun, perseroan akhirnya bisa meraup laba bersih. Penyebabnya antara lain ada beberapa pos dalam laporan keuangannya yang naik sangat tinggi.
Salah satunya pos selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali senilai Rp 5,203 triliun di semester I-2011 dari sebelumnya hanya Rp 89,981 miliar. Selain itu juga ada pos penghapusan beban bunga sebanyak Rp 362 miliar.
Pada laporan kinerja triwulan I-2011 kemarin, BNBR masih mencatatkan rugi bersih hingga Rp 281,4 miliar. "Tapi di penghujung Juni 2011 ini, BNBR sudah bisa meraup laba bersih Rp 45 miliar," kata Bobby.
Menurut Bobby, catatan positif perolehan laba bersih tersebut akan mendukung penuntasan rencana kuasi reorganisasi yang saat ini tengah dimatangkan perseroan. Kuasi reorganisasi itu sendiri diharapkan bisa dituntaskan sebelum tutup tahun 2011 ini.
Dengan Kuasi Reorganisasi, BNBR akan menghapus saldo defisit sekitar Rp 35 triliun. Jumlah ini terutama akibat dari akumulasi kerugian BNBR pada krisis finansial 2008 silam serta kerugian investasi di entitas sepengendali.
"Kerugian ini terutama disebabkan oleh jatuhnya harga-harga saham pada tahun 2008 lalu," ujar Bobby.
Hingga akhir tahun 2010 kemarin, BNBR juga masih merugi Rp 7,64 triliun, melonjak hingga 370% dibandingkan kerugian tahun 2009 yang 'hanya' Rp 1,627 triliun. (ang/dnl)











































