Hal ini diutarakan Direktur Keuangan BNBR Eddy Soeparno di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (22/9/2011). "Kita tunggu, kalau pasarnya masih seperti ini susah juga buat jualan," ungkapnya.
Namun, proses rating oleh Pefindo tetap berjalan. Dan diharapkan dalam waktu dekat hasilnya bisa didapatkan. "Kita harapkan paling tidak dapatnya itu (investment grade). Sehingga nantinya kita bisa jualannya lebih bagus ke investor," tutur Eddy.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau danatama bagusnya untuk IPO, tapi kalau obligasi belumlah kita pilih," ucap Eddy.
Rencana penerbitan surat utang telah disampaikan perseroan pada pertengahan tahun lalu. Dimana obligasi digunakan untuk membiayai kembali (refinancing) utang US$ 600 juta kepada Credit Suisse yang akan jatuh tempo di Maret 2012.
Selain menerbitkan obligasi, BNBR juga terus melanjutkan debt to asset settlement untuk menutupi medium structured notes (MSN) yang masih tersisa. Hingga semester I perseroan telah melakukan debt to asset settlement Rp 1,2 triliun dari total Rp 3,2 triliun.
"Sisanya akan kami settlement pada triwulan III ini dengan satu pihak. Aset-aset itu terbagi dalam beberapa anak usaha perseroan. Macam-macam ada Bakrie Telecom, Bakrie Sumatera Plantation, dan lainnya. Tiap kreditur punya yang beda-beda," pungkasnya.
(wep/ang)











































