"Kenaikan laba bersih pada periode ini didorong oleh kenaikan pendapatan sebesar 50,6% yang mencapai Rp 2,07 triliun dibandingkan pendapatan tahun lalu sebesar Rp 1,4 triliun. Sebagian besar pendapatan INTA tersebut dikontribusikan oleh angka penjualan alat berat yang mencapai Rp 1,7 triliun naik 50,3% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,1 triliun," kata Presiden Direktur INTA Petrus Halim dalam siaran pers yang diterima detikFinance di Jakarta, Minggu (30/10/2011).
Petrus menambahkan, pertumbuhan angka penjualan INTA tersebut tak lepas dari pesatnya pertumbuhan sektor pertambangan yang banyak memerlukan alat berat. Menurutnya, selama periode Januari 2011 hingga September 2011, INTA meraih penjualan sebanyak 1.163 unit atau meningkat 97,8% dari total penjualan alat berat per 30 September 2010 yang mencapai 588 unit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih jauh dikatakan Petrus, jika dilihat dari sektor usahanya, kenaikan signifikan laba bersih tersebut terutama didorong oleh pendapatan dari sektor pertambangan (73%), disusul sektor-sektor lainnya yakni industri umum (9%), infrastruktur (10%), kehutanan (2%), agribisnis (2%), minyak & gas (1%) dan lain-lain (3%).
INTA tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1993 berdiri 41 tahun yang lalu memiliki total aset per akhir September 2011 sebesar Rp 3,08 triliun. INTA Group memiliki bisnis utama di bidang keagenan, pembiayaan, rental dan manufaktur alat berat serta kontraktor pertambangan.
(dru/dru)