Keluarga Hamami merupakan founder dari PT Tiara Marga Trakindo, induk dari ABMM yang baru saja mencatatkan saham perdananya di lantai Bursa. Ahmad Hamami, generasi pertama pimpinan TMT yang juga distributor Caterpillar di Indonesia.
Anak tertua dari Ahmad Hamami, Mivida Hamami atau biasa dipanggil Mia, mengaku, keinginan untuk melepas saham ke publik melalui Initial Public Offering (IPO) tercetus 8 tahun lalu. Terjadi pembicaraan yang cukup panjang sebelum akhirnya Hamami mau berbagi saham ke publik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan menjadi perusahaan publik, TMT ingin belajar menjadi profesional dengan menerapkan Good Corporate Governence. Meskipun selama ini perusahaanya telah dikelola seprofesional mungkin.
"Kami ingin menerapkan GCG secara lebih baik, makanya kami mencatatkan saham," tuturnya.
Emiten berkode ABMM itu hari ini melepas sahamnya di BEI. Perseroan menawarkan 550,6 juta atau sekitar 20% saham pada pencatatan di pasar modal. Dengan harga eksekusi tersebut, maka total dana yang bisa diraih sebanyak Rp 2,1 triliun.
Sebanyak 413,165 juta adalah saham baru, sisanya 137,468 juta merupakan saham divestasi pemegang saham. Nilai nominal sebesar Rp 500 per lembar.
Hasil IPO, sebanyak 70% dana digunakan untuk pembiayaan ekspansi anak usaha. Sebanyak 24% untuk pembiayaan utang, dan sisanya untuk modal kerja.
ABMM pada pembukaan perdagangan di saham hari ini, Selasa (6/12/2011), naik Rp 350 ke level Rp 4.100, dari harga pelaksanaan Rp 3.750 per lembar. Gairah pasar membawa harga saham ini sempat berada di posisi tertinggi Rp 4.100 per lembar.
Kini TMT dipimpin oleh anak laki-laki tertua Hamami, Maki Hamami. Namun ketiga anaknya lain, Mia, Ana dan Bari Hamami tetap terlibat di perusahaan.
"Sekarang Maki yang lead. Namun saya juga masih aktif di TMT," imbuhnya.
Ahmad Hamami, pria berusia 81 tahun yang biasa dipanggil 'Met' itu masih tetap pergi ke kantor pusat TMT, meski sudah pensiun dan kini buta.
(wep/ang)