Industri Reksa Dana Masih Dibayangi Krisis Eropa di 2012

Industri Reksa Dana Masih Dibayangi Krisis Eropa di 2012

- detikFinance
Jumat, 09 Des 2011 15:09 WIB
Industri Reksa Dana Masih Dibayangi Krisis Eropa di 2012
Jakarta - Industri reksa dana di 2012 masih dibayang-bayangi kekhawatiran atas penyelesaian krisis Eropa, dan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tetap lambat. Meski demikian total dana kelolaan reksa dana diprediksi tetap tumbuh, namun tidak sedrastris tahun ini.

"2012, banyak atau sedikit market masih akan terpengaruh flluktuasi jangka pendek, penyelesaian krisis EU dan AS," kata ketua umum Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia (APRDI), Abiprayadi Riyanto kepada detikFinance, di Jakarta, Jumat (9/12/2011).

Meski pengaruh krisis tetap membayangi, dana kelolaan industri reksa dana diprediksi meningkat. Pasalnya, tetap saja masyarakat melakukan investasi jangka panjang. Dan reksa dana adalah pilihan yang tepat, dibanding instrumen investasi lain macam deposito.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tumbuh pasti, namun tidak akan sebesar 2011. Karena fund manager pasti memiliki target meningkatkan dana kelolaan. Investor dengan generate cash, perlu investasi lebih," tutur Manager Mutual Funds Sales PT Schroder Investment Management Indonesia, B.E. Iriawan Djaja.

Pria yang sering disapa Bonny, mengaku, investor di pasar finansial dunia masuk fokus pada penyelamatan krisis Eropa. Sehingga, pergerakan industri terkait, seperti halnya reksa dana juga terpengaruh akan Eropa.

"Meski fokus pada penyelamatan Eropa, investor tentu semakin pintar dan memiliki horizone jangka panjang. Dan mereka membutuhkan outlet, pilihan terbaiknya adalah reksa dana," tuturnya.

Kinerja Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tahun ini pun diprediksi tidak mampu menembus angka yang sama di 2011, yang mencapai Rp 170,9 triliun. Hingga November saja, NAB industri masih bergerak dikisaran Rp 157,76 triliun. Pergerakan NAB tahun ini tidak seprogresif tahun lalu. Wajar saja, 2010 menjadi tahun keemasan pasar keuangan dengan laju indeks yang hampir 47% dalam 12 bulan.

(wep/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads