Demikian disampaikan Managing Director Emerging Market Coverage Group, Credit Suisse Securities Indonesia, Rizal Gozali, di Jakarta, Senin (19/12/2011).
"Indonesia adalah pasar yang menarik. Demand tinggi, karena regional lebih baik meski skala global, market turun," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tertariknya minat asing pada saham-saham berbasis komoditas tercermin dari data emiten yang baru mencatatkan sahamnya di Bursa 2011. Teraktual, PT Golden Energy Mines (GEMS).
Perseroan kemasukan investor strategis, GMR Singapura Pte Ltd, dengan melakukan pembelian 18% saham GEMS sesaat setelah listing. GMR Singapura sesaat sebelum IPO telah menguasai 12% saham GEMS, sehingga total kepemilikan investor strategis ini menjadi 30%, pemegang saham lama PT Dian Swastatika Tbk (DSSA) 67%, dan publik menyisakan kepemilikan 3%.
Saham anak usaha grup Salim ini, pada listing perdana naik 4% ke level Rp 2.600 dari harga pelaksanaan awal Rp 2.500. Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu saham GEMS masih bertengger di posisi yang sama, Rp 2.600.
Saham lain yang laris oleh investor asing adalah PT Atlas Resources Tbk (ARII). Meski jumlah saham yang ditawarkan terpangkas dari 783,33 juta saham menjadi 650 juta saham, saham ARII diminati investor institusi dengan dana maksimal yang mereka raih Rp 975 miliar.
Head of Investment Banking UBS Securities, Rajiv Louis mengatakan, Noble Group Limited ikut menyerap saham perdana Atlas Resources dengan pembelian 65 juta lembar saham, atau setara 10% dari total saham yang ditawarkan.
Total hasil IPO, 91.64% terserap oleh investor institusi dan mayoritas asing. Posisi teranyar, saham ARII turun 5,3% dan ditutup pada posisi Rp 1.420 dibandingkan harga pelaksanaan Rp 1.500, meski saat listing naik tipis ke level Rp 1.520.
Sementara saham emiten baru bidang kontraktor pertambangan dan
services, PT ABM Investama Tbk (ABMM), juga terserap pasar. Profil bidang usaha perseroan yang lengkap, mulai dari kontraktor hingga penambangan, membuat investor memiliki ekspektasi positif akan kinerja ABMM di masa mendatang.
Pada listing perdana, saham ABMM naik Rp 350 ke posisi Rp 4.100 dari harga perdana Rp 3.750. Rencana ekplorasi dua tambang baru di Kalimantan Selatan dan Aceh, hingga janji pendapatan berlipat membuat tren saham perseroan naik. Pada penutupan akhir pekan lalu, saham ABMM masih berada di level Rp 3.900.
Bursa Efek Indonesia (BEI) juga terus menjalin komunikasi dengan perusahaan private pertambangan, untuk segera mencatatan sahamnya. Karena rata-rata penawaran saham perusahaan tambang bernilai besar, hingga mampu mendongkrak emisi saham baru di tiap periodenya.
(wep/ang)