Pelemahan saham-saham terjadi berbarengan dengan melemahnya euro ke titik terendah dalam 11 bulan atas dolar AS. Volume yang rendah terus memicu volatilitas yang tinggi.
"Ini sepertinya pelemahan euro yang menembus level US$ 1,30, benar-benar membuat investor menekan tombol 'jual'," ujar Ryan Detrick, analis senior dari Schaeffer's Investment Research seperti dikutip dari Reuters, Kamis (29/12/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada perdagangan Rabu (28/12/2011), indeks Dow Jones industrial average ditutup melemah hingga 129,94 poin (1,14%) ke level 12.151,41. Indeks Standard & Poor's 500 juga melemah 15,79 poin (1,25%) ke level 1.249,64 dan Nasdaq melemah 35,22 poin (1,34%) ke level 2.589,98.
Indeks saham di Wall Street terus menguat dalam beberapa hari sebelumnya didorong data ekonomi AS yang positif. Investor bisa mengalihkan perhatian sejenak dari masalah krisis Eropa.
"Tapi tanpa berita ekonomi domestik untuk menuntun langkah, sebagian besar fokus kini di Eropa," ujar Frederic Ruffy, analis dari WhatsTrading.com.
Saham Citigroup Inc turun hingga 2,9% menjadi US$ 26,13 setelah regulator AS memenangkan penundaan gugatan terhadap pembobolan surat utang terhadap bank. Bapepam AS tengah melawan keputusan hakim yang menolak penyelesaian dengan bank senilai US$ 285 juta.
Volume perdagangan sangat tipis dengan transaksi di New York Stock Exchange hanya sebesar 4,31 miliar lembar saham, di bawah rata-rata harian yang sebesar 7,9 miliar lembar saham.
(qom/qom)