10 Kisah Bersejarah di Pasar Valas

10 Kisah Bersejarah di Pasar Valas

- detikFinance
Senin, 18 Jun 2012 07:18 WIB
10 Kisah Bersejarah di Pasar Valas
Jakarta -

1. Devaluasi Dolar 'Plaza Accord'

Foto: CNBC
Tahun: 1985
Kejadian ini mengambil nama dari hotel New York dimana AS, Prancis, Jerman Barat, Jepang dan Inggris menandatangi pakta yang bertujuan mendevaluasi dolar AS menggunakan intervensi masif bank-bank sentral terkoordinasi di pasar valas. Ini terjadi ketika dolar dijual di bawah rate pasar untuk mendepresiasi dolar terhadap mata uang asing di negara lain.

Kejadian ini merupakan hasil dari periode lima tahun sebelum 1985 yang meliputi kelesuan ekonomi saat dolar melemah terhadap mata uang asing negara mitra perdagangan utama AS. Hasilnya, membunuh kompetisi di industri AS, menekan ekspor teknologi, otomotif, produk-produk mesin dan memicu pemanggilan Kongres untuk membuat UU perlindungan memperlambat impor.

2. George Soros dan Pound Inggris

Foto: CNBC
Tahun: 1992
Periode 1990an meskipun termasuk dekade yang tergolong makmur bagi ekonomi dunia pada umumnya, namun gonjang ganjing di pasar valas mewarnai berbagai penjuru dunia. Semasa fase awal kesatuan mata uang Eropa, euro, Uni Eropa memiliki kontrol kurs yang dikenal sebagai mekanisme rate nilai tukar. Tujuannya, untuk mempertahankan kurs mayoritas berada di kisaran nilai relatif satu sama lain.

Saat itu, Inggris mempertimbangkan bergabung dengan euro tapi masih ragu-ragu. Ketika ekonomi terpuruk, Inggris berjuang mempertahankan poundsterling di kisaran yang pas terhadap batas Jerman yang nilainya terinflasi oleh tingkat bunga sangat tinggi terkait biaya pinjaman unifikasi Jerman.

Investor George Soros yang kemudian menjadi trader mata uang asing aktif dan orang-orang lainnya di pasar, melakukan short-selling poundsterling besar-besaran. Membuat poundsterling terdevaluasi ke titik yang membuat trading band terancam. Pemerintah Inggris melawan dengan menaikkan suku bunga dan intervensi pasar.

Pada akhirnya, para trader yang menang dan Inggris keluar dari European Exchange Rate Mechanism. Untuk aksinya, Soros dilaporkan berhasil meraup jutaan dolar.

3. Kolapsnya Peso Meksiko

Foto: CNBC
Tahun: 1994-1995
Devaluasi mata uang asing mendadak selalu menjadi masalah bagi pemerintah. Peso kolaps di tengah-tengah melemahnya ekonomi Meksiko, harga minyak yang sangat rendah dan masa-masa pemulihan pasca bertahun-tahun berutang. Pemicunya tak lain akibat keputusan Meksiko mengendurkan kendali ketat mata uang asing yang berhasil membuat peso sebagai kurs tetap.

Aksi ini berbarengan dengan rollover utang pemerintah Meksiko dan pemberontakan senjata di wilayah Selatan yang berujung pada pengunduran diri Menteri Keuangan Jaime Serra Puchera. Para investor yang ketakutan menjual obligasi Meksiko, bank sentral coba melindungi peso yang mulai terpuruk dan menggerus cadangan dananya.

Pemerintah kemudian menetapkan fixed-rate baru dan jauh lebih rendah terhadap dolar, namun gagal merebut kembali kepercayaan investor. Peso diizinkan untuk diperdagangkan bebas dan membuatnya semakin anjlok. AS akhirnya membeli peso untuk menstabilkan situasi dan berkolaborasi dengan IMF memberikan paket penyelamatan.

4. Rekor Terendah Dolar AS terhadap Yen

Foto: CNBC
Tahun: 1995
Musim semi 1995, dolar terpuruk terhadap sebagian besar mata uang asing besar. Performa dolar terhadap yen termasuk penting karena ekonomi Jepang yang membuat mitra perdagangannya iri mengalami penurunan nyata. Periode ini membuat istilah baru 'defisit kembar' yang berarti defisit besar-besaran di perdagangan dan anggaran Amerika sehingga ekonomi dunia dibanjiri dengan dolar yang bernilai jauh lebih rendah.

Dolar terpuruk hingga di bawah 80 yen. Bagi sebagian orang, ini mengisyaratkan berakhirnya peran dolar sebagai nilai tukar tetap. Bila dilihat dari sisi lain, inilah awal dari reli enam tahun dolar di milenium baru. Sepuluh tahun kemudian, tentu saja dolar kembali mencatat rekor terendah terhadap yen.

5. Baht Thailand Kolaps, Menulari Asia

Foto: CNBC
Tahun: 1997
Devaluasi nilai mata uang asing dan paket bailout lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Reaksi berantai dimulai di Thailand, ketika inflasi ekonomi yang dipicu booming properti dan level utang asing yang luar biasa tinggi memaksa kenaikan fixed-rate nilai mata uang asing. Bank sentral tidak mampu bertahan di tengah pasar dan baht menjadi hampir tidak ada harganya.

Investor yang cemas memutuskan menarik semua aset-asetnya di Thailand dan mengincar negara lain yang nilai mata uang asingnya juga melemah. Ekonomi Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, Filipina dan yang lainnya ikut ambruk seperti domino, menyebabkan kericuhan finansial di luar negeri.

Bursa saham Korea Selatan rontok dalam sehari di musim gugur 1997, membuat investor AS sangat ketakutan hingga New York Stock Exchange harus ditutup lebih awal. Banyak negara-negara Asia menerima dana bailout dari IMF melebihi yang diterima oleh Meksiko.

6. Krisis Ruble Rusia

Foto: CNBC
Tahun: 1998
Ruble berhasil menahan penularan dari Asia pada 1997. Namun salah pengelolaan Moskow memporakporandakan pasar dunia pada 1998. Ketidakstabilan pemerintah di awal-awal tahun pecah dari Soviet dan fondasi ekonomi yang rapuh telah menciptakan reaksi berantai.

Spekulator pasar valas menyerang ruble, bank sentral melawan balik dengan intervensi pasar dan suku bunga yang lebih tinggi. Penundaan dalam menerima paket IMF memperburuk situasi. Para investor lari dan pemerintah menyerah oleh utang negara, ruble terdevaluasi dan menunda pembayaran dari bank umum kepada para kreditur asing.

7. Krisis Ekonomi Argentina

Foto: CNBC
Tahun: 1998 - 2002
Kegagalan fiskal Argentina terbentuk cukup lama, tapi kunci utama sebelum krisis dimulai adalah rendahnya patokan peso Argentina terhadap dolar AS. Lebih tepatnya, tingkat nilai tukar peso dan dolar sangat rendah, 1 banding 1.

Ini menyebabkan impor besar-besaran yang melemahkan ekonomi Argentina. Sementara itu, tingginya utang pemerintah di masa lalu dan masa kini makin menumpuk, tapi IMF terus meminjamkan dana baru untuk Argentina dan menunda pembayaran utang lama.

Ketika ekonomi ambruk dan IMF menekan supaya adanya tindakan, pemerintah Argentina menerapkan serangkaian program penghematan yang makin memperburuk ekonomi negara. Argentina membutuhkan semakin banyak dana pinjaman untuk menutupi kerugian dari hilangnya pendapatan pajak. Reformasi dan penghematan tidak diterima baik oleh warga hingga menimbulkan kerusuhan sipil dan bank runs.

Aksi Standard & Poor's yang memotong tingkat kelayakan kredit Argentina membuat beban pinjaman melonjak dan perubahan di tubuh pemerintah. Tak lama kemudian, IMF akhirnya menahan kucuran dana bantuan.

Di akhir 2001, ketika kerusuhan terjadi dimana-mana dan jalanan Buenos Aires bergejolak, akhirnya Argentina menyerah oleh utang publiknya yang sangat besar. Pada 2002, tingkat nilai tukar mata uang tetap, 1 berbanding 1 diturunkan. Ketika pemerintah kemudian mengizinkan peso untuk floating, mata uang ini langsung terdepresiasi dengan cepat.

8. Paritas Euro dan Dolar

Foto: CNBC
Tahun: 2000
Seiring masalah melanda Argentina, kisah paritas nilai tukar mata uang yang lain menimpa sepanjang Atlantik. Euro debut di pasar pada 2000 dengan tingkat peluncuran perdana sekitar US$ 1,16.

Setelah meningkat di awal debutnya, euro mulai semakin anjlok sepanjang tahun hingga mencapai 84 sen di level terburuknya. Ini dikarena pemodal buru-buru kabur ke AS tergoda ekonomi dan aset-asetnya yang menarik.

Bank-bank sentral besar bekerjasama membeli euro di pasaran untuk meningkatkan nilainya, namun kurang berhasil. Dolar kembali dan 'anak baru' euro kembali didepak ke tempat aslinya. Delapan tahun kemudian, situasi terbalik 360 derajat dan euro bernilai lebih dari US$ 1,5.

9. Inflasi: Zimbabwe

Foto: CNBC
Tahun: 1999-2009
Kadang ketika krisis sedang buruk-buruknya, kurs harus tetap berjalan meskipun sebagian besar pasar lesu. Seperti Zimbabwe, dimana pemerintah harus membuang dolar Zimbabwe setelah dua dekade hiper-inflasi yang membuatnya makin tak berharga.

Dalam periode 4 tahun, bank sentral Zimbabwe mengeluarkan denominasi kurs terbaru sebanyak tiga kali. Suatu waktu, pemerintah mengeluarkan cek 1.000 triliun. Kini Zimbabwe menggunakan beberapa kurs mata uang asing termasuk euro, poundsterling, dolar AS sebagai tender legal.

10. Paritas Dolar Australia - Dolar AS

Foto: CNBC
Tahun: 2010
Sekarang bahkan di masa depan, kejadian di pasar valas merupakan simbol sekaligus katalis. Seperti kasus di Oktober 2010 ketika dolar Australia mencapai paritas dengan dolar AS. Inilah pertama kalinya dolar Australia diperdagangkan di level tersebut sejak diizinkan floating pada 1983.

Kekuatan nilai tukar mata uang Australia mencerminkan apa yang serupa terjadi di negara-negara dengan jumlah sumber daya alam sangat besar yang cocok untuk ekspor.
Halaman 2 dari 11
(ang/ang)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads