Catatan ini lebih tinggi 2,9% dibandingkan posisi akhir 2011 (year to date) Rp 3.524,48 triliun. Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti dikutip detikFinance, Senin (24/7/2012), emiten-emiten lama seperti Astra International, HM Sampoerna dan Bank Central Asia masih mendominasi daftar 10 kapitalisasi pasar terbesar.
10. PT United Tractors Tbk (UNTR)
|
UNTR hingga triwulan I-2012 mencatat laba Rp 1,5 triliun atau naik 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kontribusi laba perseroan ke induk, Astra Internasional sekitar 18%. Penjualan alat berat Komatsu mencapai 2.207 unit setara dengan periode yang sama tahun lalu.
Penjualan yang stagnan akibat dampak negatif curah hujan yang tinggi dan meningkatnya kompetisi, meskipun total nilai penjualan meningkat 11%, karena perbedaan ragam produk yang dijual. Hingga semester I-2012 total penjualan alat berat UNTR mencapai 4.231 unit atau turun hanya 2,35% dari semester I-2011 4.333 unit.
9. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
|
Perseroan memang kini menjadi sorotan seiring usulan kenaikan harga gas industri sebesar 55%. Kenaikan harga terpaksa dilakukan PGN karena perseroan tidak mungkin menanggung sendiri beban biaya akibat kenaikan harga gas oleh produsen yang mencapai lebih dari 200%.
Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Hendi Prio Santoso menjelaskan, pasokan dari hulu ke PGN yang mengalami penyesuaian harga untuk wilayah Jawa Bagian Barat, memiliki kontrak sekitar 600 BBTUD. Dengan volume sebesar ini, otomatis kenaikan harga gas dari hulu tersebut telah membuat beban PGN meningkat signifikan.
8. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
|
Meski manajemen tidak terlalu terbuka dengan media, Gudang Garam masih mencatat kinerja positif. Laba bersih perseroan tahun lalu bahkan mencapai Rp 4,9 triliun. Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham pun mencapai Rp 1,92 triliun.
Tahun 2011 perseroan bahkan setor pajak dan cukai dengan jumlah mencengangkan, Rp 22 triliun. Setoran ke negara ini sekitar 50% dari total pendapatan GGRM yang mencapai Rp 41,8 triliun. Saham perseroan kini berada pada level Rp 58.350 per lembar, bergerak stabil dan nyaris tidak ada transaksi hingga akhir pekan ketiga Juli 2012.
7. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
|
BRI menjadi BUMN dengan kinerja laba paling mengkilau. Laba perseroan per 2011 menyentuh level Rp 14,137 triliun atau melesat 56,5% dari perolehan laba tahun 2010 lalu sebesar Rp 9,033 triliun.
Kinerja positif ini pun mendapat sanjungan dari Dahlan Iskan, Sang Bos. Dahlan menyebut, dengan melihat kinerja keuangan BRI sudah bisa disandingkan dengan perbankan dunia.
6. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)
|
Saham perseroan kini berada pada level Rp 8.900 per lembar atau naik 1,14% dari perdagangan sebelumnya. Kinerja saham TLKM mengalami kenaikan jika dibandingkan posisi awal 2012 yang mencapai Rp 6.758 per lembar.
Masih segar dalam ingatan saat Menteri BUMN merombak total manajemen Telkom. Rinaldi Firmansyah yang telah menjabat Direktur Utama Telkom cukup lama, diganti oleh tenaga muda Arief Yahya. Arief berjanji akan menumbuhkan bisnis utama perseroan, baik dengan cara organik maupun anorganik.
5. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
|
Kapitalisasi pasar saham Bank Mandiri hingga kini berada pada level Rp 180,83 triliun atau naik sekitar Rp 13,5 triliun dibandingkan bulan sebelumnya. Kinerja perseroan masih stabil meski pada triwulan I-2012 laba BMRI turun 10% dari Rp 3,8 triliun pada Maret 2011 menjadi Rp 3,4 triliun.
Sejatinya perseroan mengalami peningkatan laba bersih. Tahun lalu memang ada uang dadakan yang dinikmati Bank Mandiri akibat penjualan saham Garuda Indonesia.
4. PT Unilever Tbk (UNVR)
|
Saham perseroan mengalami peningkatan signifikan dari pertengahan tahun lalu Rp 16.599 per lembar menjadi Rp 19.054 per lembar di awal tahun 2012 dan kini sudah menembus level Rp 20 ribu per lembar.
Perseroan tercatat makin serius berinvestasi di Indonesia. Kabar terkini, Unilever siap membangun pabrik baru di Surabaya dengan nilai investasi Rp 1 triliun. Pabrik ini menjanjikan penyerapan tenaga kerja baru hingga 500 ribu orang.
Bahkan saat CEO Uniliver Global, Paul Polman hadir di Indonesia, ia menyatakan perusahaan siap menjadikan RI basis industri di Asia. Paul menegaskan akan memperbesar kapasitas produksinya melalui perluasan pabrik skin care, es krim dan pendirian pabrik baru Dove. Sepanjang triwulan I-2012 perseroan mencatat pendapatan Rp 6,6 triliun naik 16,5% dari periode sebelumnya.
3. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
|
Saham perseroan masih diminati investor. Kinerja perseroan tercatat terus tumbuh dan menjadi bank swasta terbesar dan paling dikenal masyarakat. Hingga semester I-2012 BCA mengklaim memiliki lebih dari 10 juta rekening nasabah. Ini tersebar pada 946 cabang.
BCA tercatat sebagai bank yang mengedepankan pelayanan berbasis teknologi baik layanan ATM yang kini mencapai 8.836 unit, juga ada 100 ribu Electronic Data Capture (EDC) yang tersebar di seluruh wilayah. Hingga triwulan I-2012, BCA dapat meraih laba Rp 2,3 triliun atau meningkat 14,3% dari periode sebelumnya Rp 2 triliun.
Kinerja solid ini didukung oleh peningkatan portofolio kredit dan pertumbuhan berkelanjutan atas aktivitas transaksi.
2. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)
|
Saham perseroan kini bertenggar pada level Rp 50.850 per lembar atau naik 0,59% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. Sebagai catatan saham HMSP pada Juli 2011 masih berada pada level Rp 29.111 per lembar. Hingga akhir tahun saham perseroan melesat dan ditutup pada kisaran Rp 37.748 per lembar dan kenaikan ini terus terjadi hingga paruh pertama 2012.
Perusahaan dengan merek dagang Dji Sam Soe dan Sampoerna A ini berdiri tahun 1913. Sampoerna kini memiliki enam pabrik rokok di Jawa Timur, masing-masing Surabaya, Pandaan, Malang, juga di Karawang, Jawa Barat. Sampoerna kini menjadi salah satu perusahaan terafiliasi Philip Morris International.
Sampoerna mencatatkan penjualan bersih (tidak termasuk cukai) sepanjang 2011 sebesar Rp 31,96 triliun dengan laba bersih Rp 8,06 triliun (Rp 1.840 per lembar). Volume penjualan Sampoerna pada tahun 2011 meningkat 16,4% menjadi 91,7 miliar batang dan melampaui pertumbuhan industri rokok di Indonesia.
1. PT Astra International Tbk (ASII)
|
Harga saham perseroan pun langsung 'turun' akibat pemecahan ini dari Rp 71 ribu per saham menjadi Rp 7.100 per saham. Hingga kini saham ASII berada di kisaran Rp 6.650 turun 2,21% dari hari sebelumnya.
Kinerja Astra memang masih menterang. Pendapatan Astra tercatat Rp 162,6 triliun di 2011 atau meningkat 26% dibandingkan periode yang sama 2010 Rp 129 triliun. Laba bersih ASII juga naik 24% dari Rp 14,4 triliun menjadi Rp 17,8 triliun.
Halaman 2 dari 11