Ini 10 Saham Penguasa Pasar Modal Indonesia

Ini 10 Saham Penguasa Pasar Modal Indonesia

- detikFinance
Selasa, 24 Jul 2012 08:24 WIB
Ini 10 Saham Penguasa Pasar Modal Indonesia
Jakarta - Pasar modal Indonesia terus tumbuh seiring peningkatan ekonomi dalam negeri. Investasi pasar modal pun ikut merayap. Ini terlihat dari kapitalisasi pasar (market cap) yang semakin tinggi. Per 19 Juni 2012 market cap pasar modal Indonesia sudah menyentuh level Rp 3.626,7 triliun.

Catatan ini lebih tinggi 2,9% dibandingkan posisi akhir 2011 (year to date) Rp 3.524,48 triliun. Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti dikutip detikFinance, Senin (24/7/2012), emiten-emiten lama seperti Astra International, HM Sampoerna dan Bank Central Asia masih mendominasi daftar 10 kapitalisasi pasar terbesar.

10. PT United Tractors Tbk (UNTR)

Anak usaha grup Astra menjadi emiten terakhir dari 10 besar dengan kapitalisasi pasar paling tinggi. Market cap UNTR kini berada di level Rp 80,94 triliun. Saham UNTR kini berada pada posisi Rp 21.700 per lembar. Saham perseroan mengalami penurunan 3,56% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

UNTR hingga triwulan I-2012 mencatat laba Rp 1,5 triliun atau naik 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kontribusi laba perseroan ke induk, Astra Internasional sekitar 18%. Penjualan alat berat Komatsu mencapai 2.207 unit setara dengan periode yang sama tahun lalu.

Penjualan yang stagnan akibat dampak negatif curah hujan yang tinggi dan meningkatnya kompetisi, meskipun total nilai penjualan meningkat 11%, karena perbedaan ragam produk yang dijual. Hingga semester I-2012  total penjualan alat berat UNTR mencapai 4.231 unit atau turun hanya 2,35% dari semester I-2011 4.333 unit.

9. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)

BUMN dengan kegiatan utama pengaluran gas ke konsumen ini mencatat kapitalisasi pasar Rp 90,91 triliun. Saham PGAS berada pada level Rp 3.750 per lembar, naik tipos 0,67% dari perdagangan hari sebelumnya.

Perseroan memang kini menjadi sorotan seiring usulan kenaikan harga gas industri sebesar 55%. Kenaikan harga terpaksa dilakukan PGN karena perseroan tidak mungkin menanggung sendiri beban biaya akibat kenaikan harga gas oleh produsen yang mencapai lebih dari 200%.

Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Hendi Prio Santoso menjelaskan, pasokan dari hulu ke PGN yang mengalami penyesuaian harga untuk wilayah Jawa Bagian Barat, memiliki kontrak sekitar 600 BBTUD. Dengan volume sebesar ini, otomatis kenaikan harga gas dari hulu tersebut telah membuat beban PGN meningkat signifikan.

8. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)

Gudang Garam pun seakan tak mau kalah dengan HM Sampoerna. Perusahaan rokok yang berbasis di Kediri, Jawa Timur ini menjadi emiten tersukses di pasar modal Indonesia. Kapitalisasi pasar Gudang Garam berada pada posisi Rp 112,27 triliun.

Meski manajemen tidak terlalu terbuka dengan media, Gudang Garam masih mencatat kinerja positif. Laba bersih perseroan tahun lalu bahkan mencapai Rp 4,9 triliun. Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham pun mencapai Rp 1,92 triliun.

Tahun 2011 perseroan bahkan setor pajak dan cukai dengan jumlah mencengangkan, Rp 22 triliun. Setoran ke negara ini sekitar 50% dari total pendapatan GGRM yang mencapai Rp 41,8 triliun. Saham perseroan kini  berada pada level Rp 58.350 per lembar, bergerak stabil dan nyaris tidak ada transaksi hingga akhir pekan ketiga Juli 2012.

7. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)

Bank Rakyat Indonesia hingga kini mencatat kapitalisasi pasar Rp 165,28 triliun. Saham BBRI kini ada di posisi Rp 6.700 per lembar atau cuma naik tipis 0,75% dari perdagangan hari kemarin. Saham perseroan bergerak stabil dalam satu terakhir ke belakang pada posisi Rp 6.500-Rp 6.700 per lembar.

BRI menjadi BUMN dengan kinerja laba paling mengkilau. Laba perseroan per 2011 menyentuh level Rp 14,137 triliun atau melesat 56,5% dari perolehan laba tahun 2010 lalu sebesar Rp 9,033 triliun.

Kinerja positif ini pun mendapat sanjungan dari Dahlan Iskan, Sang Bos. Dahlan menyebut, dengan melihat kinerja keuangan BRI sudah bisa disandingkan dengan perbankan dunia.

6. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menjadi BUMN kedua dengan kapitalisasi pasar tersebar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga pekan ketiga Juli 2012, kapitalisasi pasar TLKM sekitar Rp 179,42 triliun.

Saham perseroan kini berada pada level Rp 8.900 per lembar atau naik 1,14% dari perdagangan sebelumnya. Kinerja saham TLKM mengalami kenaikan jika dibandingkan posisi awal 2012 yang mencapai Rp 6.758 per lembar.

Masih segar dalam ingatan saat Menteri BUMN merombak total manajemen Telkom. Rinaldi Firmansyah yang telah menjabat Direktur Utama Telkom cukup lama, diganti oleh tenaga muda Arief Yahya. Arief berjanji akan menumbuhkan bisnis utama perseroan, baik dengan cara organik maupun anorganik.

5. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)

Bank Mandiri menjadi perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki aset paling besar. Kinerja saham BMRI juga masih stabil pada level Rp 7.750 per lembar, atau naik 1,97% dari perdagangan hari sebelumnya.

Kapitalisasi pasar saham Bank Mandiri hingga kini berada pada level Rp 180,83 triliun atau naik sekitar Rp 13,5 triliun dibandingkan bulan sebelumnya. Kinerja perseroan masih stabil meski pada triwulan I-2012 laba BMRI turun 10% dari Rp 3,8 triliun pada Maret 2011 menjadi Rp 3,4 triliun.

Sejatinya perseroan mengalami peningkatan laba bersih. Tahun lalu memang ada uang dadakan yang dinikmati Bank Mandiri akibat penjualan saham Garuda Indonesia.

4. PT Unilever Tbk (UNVR)

Perusahaan consumer goods ini, PT Unilever Tbk (UNVR) memiliki kapitalisasi pasar Rp 181,59 triliun. Saham perseroan kini setia pada posisi Rp 23.800 per lembar atau naik tipis 0,21% dari perdagangan hari kemarin.

Saham perseroan mengalami peningkatan signifikan dari pertengahan tahun lalu Rp 16.599 per lembar menjadi Rp 19.054 per lembar di awal tahun 2012 dan kini sudah menembus level Rp 20 ribu per lembar.

Perseroan tercatat makin serius berinvestasi di Indonesia. Kabar terkini, Unilever siap membangun pabrik baru di Surabaya dengan nilai investasi Rp 1 triliun. Pabrik ini menjanjikan penyerapan tenaga kerja baru hingga 500 ribu orang.

Bahkan saat CEO Uniliver Global, Paul Polman hadir di Indonesia, ia menyatakan perusahaan siap menjadikan RI basis industri di Asia. Paul menegaskan akan memperbesar kapasitas produksinya melalui perluasan pabrik skin care, es krim dan pendirian pabrik baru Dove. Sepanjang triwulan I-2012 perseroan mencatat pendapatan Rp 6,6 triliun naik 16,5% dari periode sebelumnya.

3. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

Kapitalisasi pasar saham Bank Central Asia kini berada di posisi tiga besar dengan nilai Rp 192,31 triliun. Dibandingkan posisi bulan sebelumnya, kapitalisasi pasar BCA naik Rp 14,2 triliun. Saham BBCA masih betah bertengger di posisi Rp Rp 7.800 per lembar.

Saham perseroan masih diminati investor. Kinerja perseroan tercatat terus tumbuh dan menjadi bank swasta terbesar dan paling dikenal masyarakat. Hingga semester I-2012 BCA mengklaim memiliki lebih dari 10 juta rekening nasabah. Ini tersebar pada 946 cabang.

BCA tercatat sebagai bank yang mengedepankan pelayanan berbasis teknologi baik layanan ATM yang kini mencapai 8.836 unit, juga ada 100 ribu Electronic Data Capture (EDC) yang tersebar di seluruh wilayah. Hingga triwulan I-2012, BCA dapat meraih laba Rp 2,3 triliun atau meningkat 14,3% dari periode sebelumnya Rp 2 triliun.

Kinerja solid ini didukung oleh peningkatan portofolio kredit dan pertumbuhan berkelanjutan atas aktivitas transaksi.

2. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)

Salah satu perusahaan rokok besar di Indonesia ini menjadi salah satu emiten dengan kontribusi kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia. Market cap HMSP hingga 20 Juli 2012 mencapai Rp 222,88 triliun. Terjadi akselerasi pada kapitalisasi pasar HMSP. Pada pertengahan tahun lalu perseroan masih berada di posisi tujuh besar dengan nilai market cap Rp 114,834 triliun.

Saham perseroan kini bertenggar pada level Rp 50.850 per lembar atau naik 0,59% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. Sebagai catatan saham HMSP pada Juli 2011 masih berada pada level Rp 29.111 per lembar. Hingga akhir tahun saham perseroan melesat dan ditutup pada kisaran Rp 37.748 per lembar dan kenaikan ini terus terjadi hingga paruh pertama 2012.

Perusahaan dengan merek dagang Dji Sam Soe dan Sampoerna A ini berdiri  tahun 1913. Sampoerna kini memiliki enam pabrik rokok di Jawa Timur, masing-masing Surabaya, Pandaan, Malang, juga di Karawang, Jawa Barat. Sampoerna kini menjadi salah satu perusahaan terafiliasi Philip Morris International.

Sampoerna mencatatkan penjualan bersih (tidak termasuk cukai) sepanjang 2011 sebesar Rp 31,96 triliun dengan laba bersih Rp 8,06 triliun (Rp 1.840 per lembar). Volume penjualan Sampoerna pada tahun 2011 meningkat 16,4% menjadi 91,7 miliar batang dan melampaui pertumbuhan industri rokok di Indonesia.

1. PT Astra International Tbk (ASII)

Saham Astra masih menjadi favorit investor dalam perdagangan saham. Nilai kapitalisasi ASII kini sudah mencapai Rp 269,22 triliun. Saham Astra tercatat telah melakukan pemecahan saham (stock split) 1:10, dari nilai nominal lama Rp 500 per saham menjadi Rp 50 per saham.

Harga saham perseroan pun langsung 'turun' akibat pemecahan ini dari Rp 71 ribu per saham menjadi Rp 7.100 per saham. Hingga kini saham ASII berada di kisaran Rp 6.650 turun 2,21% dari hari sebelumnya.

Kinerja Astra memang masih menterang. Pendapatan Astra tercatat Rp 162,6 triliun di 2011 atau meningkat 26% dibandingkan periode yang sama 2010 Rp 129 triliun. Laba bersih ASII juga naik 24% dari Rp 14,4 triliun menjadi Rp 17,8 triliun.
Halaman 2 dari 11
(wep/ang)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads