Pada perdagangan 2 Januari 2012, harga saham emiten berkode ADHI ditutup di angka Rp 1.790 per lembar, kemudian 3 bulan kemudian yakni pada penutupan perdagangan hari Kamis (28/3/2013), harga saham ADHI ditutup pada angka Rp 3.100 per lembar.
Melonjaknya harga saham BUMN kontruksi ini, didorong oleh rencana ADHI di 2013 untuk membangun monorel Jabodetabek bersama konsorsium BUMN dan rencana penerbitan saham baru (rights issue) senilai Rp 2 triliun untuk mendukung pengembangan monorel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pelaku pasar melihat kalau rencana bangun monorel, ikut menambah proyek Adhi Karya. Itu yang ditanggapi positif. Adhi berencana melakukan rights issue untuk ekspansi yang dilakukan, juga menjadi sentimen positf," tutur Reza.
Pada kesempatan yang sama, Reza menjelaskan, terkait rencana ADHI menerbitan saham baru, meskipun masih dalam bentuk rencana, tetapi telah membawa sentimen postif bagi pelaku pasar.
"Pelaku pasar sudah merespon positif bahwa ADHI akan mengerjakan proyek besar sehingga butuh dana besar," tambahnya.
Selain monorel, di tahun naga air ini, ADHI berencana memulai pembangunan hotel milik anak usahanya. ADHI siap menggelontorkan dana Rp 450 miliar untuk membangun 4 hotel yakni Hotel GranDhika Blok M di Jakarta, GranDhika di Bekasi, GranDhika di Ngagel Surabaya, dan GranDhika di Dago Bandung.
Sementara, terkait kasus hukum seperti kasus hambalang yang sempat menghampiri ADHI. Reza menilai, pelaku pasar menilai, hal tersebut merupakan tindakan oknum sehingga tidak melihat ADHI secara keseluruhan.
"Pelaku pasar melihat ADHI hanya kena imbas saja," paparnya.
Untuk laporan keuangan di tahun 2012, ADHI mencatat kenaikan laba bersih senilai 16,76%. Tercatat laba bersih ADHI di 2012 sebesar Rp 213,31 miliar, sementara pada periode sebelumnya, senilai Rp 182,69 miliar.
(feb/ang)