"Anak SMA/SMK bisa bikin beginian. Kalau kita semakin kita beli produk impor semakin mmeperkaya orang (negara) lain. Kalau 50 juta unit kali US$ 100 (harga 1 HP), sampai US$ 5 miliar, kalau dikali US$ 400 sampai US$ 50 miliar dolar nggak kecil," terang Gita dalam ramah tamah dengan media di kantornya, Jl Ridwan Rais, Jakarta, Rabu (8/5/2013)
Menurutnya sangat sayang sekali Indonesia harus membuang-buang kesempatan membuat nilai tambah di dalam negeri. Sejatinya jika HP bisa diproduksi di dalam negeri maka dipastikan akan menyerap ratusan ribu pekerja di sektor industri elektronika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gita juga memastikan hasil sidaknya pada hari ini di ITC Roxy Mas, akan segera ditindaklanjuti secara hukum. "Lagi diperoses hukum. Semakin kita tertib supaya bisa lebih cerdas konsumen kita. Ini salah satu cara untuk mengontrol," katanya.
Ia menuturkan sebagai upaya kontrol pihaknya akan kerjasama sama dengan operator selular, nantinya setiap ponsel yang IMEI (International Mobile Equipment Identity) tak terdaftar dicabut langsung. Kan tiap HP ada nomer IMEI tuh. Begitu dicek imei nggak terdaftar. Matiin aja langsung," tegas Gita.
(hen/dnl)