Raup Pertumbuhan Laba 15.000%, Grup Bakrie: Ini Baru Permulaan

Raup Pertumbuhan Laba 15.000%, Grup Bakrie: Ini Baru Permulaan

- detikFinance
Selasa, 06 Mei 2014 11:00 WIB
Raup Pertumbuhan Laba 15.000%, Grup Bakrie: Ini Baru Permulaan
Jakarta - Induk usaha Grup Bakrie, PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), meraup laba Rp 665 milar dalam tiga bulan pertama 2014, melonjak 15.267%. Bagaimana kinerja selanjutnya?

Kinerja ini disumbang dari anak-anak usahanya yang rata-rata sudah tumbuh positif di awal tahun ini. Anak-anak usaha yang membukukan kinerja positif berasal dari berbagai industri.

Mereka di antaranya adalah PT Bakrie Building Industries (BBI) yang memproduksi aneka bahan bangunan untuk kebutuhan usaha properti dan konstruksi, PT Bakrie Autoparts (dahulu bernama PT Bakrie Tosanjaya) yang memproduksi komponen otomotif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu ada PT Bakrie Metal Industries (BMI) yang meliputi PT Bakrie Pipe Industries (BPI) yang memproduksi pipa berbahan baku besi dan baja. Selain pipa baja, BMI juga menangani bisnis konstruksi baja dan fabrikasi di bawah unit PT Bakrie Construction (BCons). Di bidang infrastruktur, ada PT Bakrie Oil & Gas Infrastucture dan PT Bakrie Toll Indonesia.

Masih ada juga PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) di sektor sawit dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) di sektor telekomunikasi.

Direktur Utama BTEL Jastiro Abi perolehan keuntungan ini merupakan permulaan. Ke depan, pihaknya terus mencari cara untuk tetap memberikan keuntungan bagi perusahaan. Operator Esia itu sudah meraup laba Rp 210,7 miliar di tiga bulan pertama 2014, lebih baik dibandingkan periode yang sama rugi Rp 97,5 miliar.

"Ini baru permulaan, ke depan kita berusaha bagus terus," ujar Abi kepada detikFinance, Senin (6/5/2014).

Khusus di perusahaannya ini, laba bisa diraih berkat penambahan jumlah pelanggan serta efisiensi yang sudah dilakukan.

"Faktor utama karena pelanggan Esia bertambah. Kita juga melakukan cost efisiensi di semua sisi," ujarnya.

Meski secara keseluruhan Grup Bakrie melaporkan kinerja yang mengejutkan, tapi harga saham perusahaan tidak bergerak, tetap berada di titik terendah yaitu Rp 50 per lembar.

Bahkan beberapa analis belum merekomendasi beli atas saham BNBR tersebut. Namun, tanpa diberitahu oleh analis pun para pelaku pasar memilih untuk wait and see terhadap saham yang sempat jadi primadona sebelum krisis finansial global 2008 lalu ini.

"Sahamnya belum ada pergerakan, jadi tidak recomend. Mungkin kalau nanti ada pergerakan akan smooth dulu, dari Rp 50 ke Rp 52, lalu ke Rp 60. Kalau sudah terbentuk tren, baru pelaku pasar akan mulai melihat ada kehidupan di sana," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada kepada detikFinance.

(drk/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads