"Selain karena neraca perdagangan kita defisit, pilpres ini juga menimbulkan ketidakpastian bagi investor," ujar Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi kepada detikFinance, Rabu (4/6/2014) malam.
Sofjan mengatakan, awalnya para investor yakin salah satu calon yang diyakininya bakal menang. Namun ternyata mendapat pesaing yang makin hari makin kuat dukungannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal yang sama juga dikemukakan mantan ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Anwar Nasution. Pelemahan rupiah kali ini salah satu penyebabnya adalah karena ada pandangan bahwa salah satu calon presiden terlihat anti asing.
"Makanya itu, kita jangan main-main. Jangan asal bicara anti asing, menasionalisasi aset negara. Dia itu tidak tahu kalau pasar SUN (Surat Utang Negara), SBI (Sertifikat Bank Indonesia) kita sangat tergantung pada asing, banyak dipegang asing. Takut lah mereka, lari ke Singapura," tegas Anwar.
Anwar mengatakan, ada salah satu negara yang anti asing dan diatur dengan cara-cara militer. Negara tersebut adalah Korea Utara.
"Mau kita seperti Korea Utara yang ekonominya tertutup? Mau negaramu seperti itu? Kita lihat Tiongkok negara yang komunis, India yang sosialis tapi mereka tidak anti asing tapi dua-duanya sangat nasionalis," paparnya.
(rrd/hds)











































