Konflik Irak dan Pilpres Bikin Rupiah Melemah

Konflik Irak dan Pilpres Bikin Rupiah Melemah

- detikFinance
Selasa, 24 Jun 2014 14:30 WIB
Konflik Irak dan Pilpres Bikin Rupiah Melemah
Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini kembali menembus angka Rp 12.000 per dolar AS. Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, kurs dolar AS pada Selasa (24/6/2014) tercatat Rp 12.000. Melemah dibandingkan sehari sebelumnya yaitu Rp 11.971.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan ada 3 penyebab pelemahan rupiah. Pertama adalah pengaruh kondisi global, terutama gejolak di Irak. Menurutnya, pasar mengkhawatirkan kondisi ini karena bisa menyebabkan lonjakan harga minyak dunia.

"Kalau seandainya rupiah secara umum, ada kekhawatiran di luar negeri khususnya geopolitik Irak. Itu memang ada tekanan terhadap harga minyak dan dikhawatirkan membawa dampak pada Indonesia," kata Agus di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Kedua, lanjut Agus, adalah faktor domestik terutama jelang pemilihan presiden (pilpres) 9 Juli mendatang. Pasar masih cenderung menunggu perkembangan terkait dinamika politik yang terjadi.

"Kalau nilai tukar, juga ada pengaruh dari proses akhir pemilu presiden yang akan dilaksanakan 9 Juli," kata Agus.

Ketiga, tambah Agus, adalah ancaman dari neraca perdagangan dan pelebaran defisit transaksi berjalan yang kemungkinan terjadi pada kuartal II-2014. Defisit yang terjadi di anggaran negara sebesar 2,4% dari PDB juga menjadi perhatian investor.

"Di dalam negeri sendiri masih perhatian kepada neraca perdagangan kita dan tekanan transaksi berjalan. Kita melihat APBN-P juga defisitnya jadi 2,4%," ungkap Agus.

Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan rupiah saat ini berada pada kondisi di bawah nilai wajar (under value). Meski ada pelemahan, dia menilai ada sisi positif dari hal tersebut yaitu mampu mendorong ekspor dan menahan impor sehingga mengurangi tekanan di neraca perdagangan.

"Rupiah itu sebaiknya lebih kompetitif untuk eksportir dan bisa mengurangi impor. Jadi memang rupiah yang sedikit under value, itu yang lebih baik dalam situasi ini," kata Mirza di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Selasa (24/6/2014).

Mirza melanjutkan, zona nyaman nilai tukar berada di kisaran Rp 11.400-11.800 per dolar AS. "Situasi yang sekarang memang agak di atas karena ada gabungan dari situasi di Irak, dari defisit, dan situasi jelang pilpres," katanya.

Mirza pun memastikan BI akan selalu memantau setiap pergerakan rupiah di pasar. "BI selalu ada di pasar. Kalau ada lonjakan-lonjakan supaya volatilitas tidak terlalu tinggi, BI ada di pasar untuk menjaga," tegasnya.

(mkl/hds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads