Meski demikian, Fajar R Hidajat, Presiden Direktur CIMB-Principal Asset Management, menyebutkan para pelaku pasar lebih condong kepada pasangan nomor urut 2, Joko Widodo-Jusuf Kalla. Ini mengingatkan Fajar pada pemilu di India, di mana akhirnya dimenangkan oleh calon favorit pelaku pasar yaitu Narendra Modi. Kini, Modi menjabat sebagai Perdana Menteri India.
"Jika Jokowi-JK keluar sebagai pemenang, maka pasar saham Indonesia dapat mengalami skenario yang sama seperti ketika Narendra Modi memenangkan pemilu di India tahun ini," tegas Fajar Gedung GKBI, Jakarta, Kamis (17/7/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika fundamental ekonomi Indonesia masih lemah, lanjut Fajar, IHSG akan kembali melemah. Oleh karena itu, dia menegaskan perlunya memperbaiki fundamental ekonomi agar pasar keuangan bisa bergerak lebih stabil.
Salah satu yang butuh perhatian, tambah Fajar, adalah infrastruktur. "Kondisi infrastruktur belum berkembang. Kerangka hukum yang belum mendukung sektor swasta menjadi penghambat pembangunan infrastruktur di Indonesia," tuturnya.
Bila pemerintahan baru berhasil menjawab permasalahan tersebut, menurut Fajar, maka bukan tidak mungkin IHSG akan ikut terdongkrak naik. Pendorong penguatan IHSG adalah saham-saham sektor konstruksi, semen, dan properti yang terkait dengan pembangunan infrastruktur.
"Membandingkan dengan apa yang terjadi di India dan melihat valuasi saham-saham Indonesia di sektor infrastruktur dan semen, kami berpendapat masih ada potensi penguatan. Karena seperti yang kita tahu, pembangunan infrastruktur juga merupakan salah satu sektor kunci bagi Jokowi-JK untuk mewujudkan visi misi mereka," paparnya.
(hds/hds)











































