Ini Syarat Agar Yuan Jadi 'Raja' Mata Uang Dunia

Ini Syarat Agar Yuan Jadi 'Raja' Mata Uang Dunia

- detikFinance
Jumat, 18 Jul 2014 10:30 WIB
Jakarta - Mata uang Tiongkok, yuan atau reminbi, pada masa yang akan datang diprediksi mampu menguasai perekonomian dunia. Yuan berpeluang besar untuk menjadi mata uang utama, menggeser dominasi dolar Amerika Serikat (AS).

Akan tetapi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar yuan bisa menjadi 'raja' mata uang dunia. Paling utama adalah kenyamanan masyarakat dunia saat menggunakan yuan sebagai alat transaksi.

"Tentu ada syarat-syaratnya, seperti comfortability," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) MIrza Adityaswara, seperti dikutip Jumat (18/7/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mirza mengakui Tiongkok sudah menjadi pemain besar dunia dalam cakupan perdagangan. Namun, kenyamanan dalam menggunakan yuan sepertinya belum teruji.

"Jadi kemudahan mata uang yuan dipakai dalam transaksi perdagangan internasional harus terus didorong," katanya.

Selain itu, lanjut Mirza, juga diperlukannya perubahan sistem devisa oleh pemerintah Tiongkok menjadi rezim devisa bebas (free movement of capital). Ini diperlukan agar dapat diterima oleh pelaku perdagangan dari seluruh dunia.

"Kemudian juga kebijakan sistem devisa. Tiongkok sekarang sistem devisa capital account-nya mungkin belum free movement of capital. Jadi itu yang Tiongkok harus lakukan," ujarnya.

Ia menambahkan, sejauh ini pemerintah Tiongkok sudah mulai mengarahkan yuan untuk lebih terbuka. "Kalau lihat tahap-tahapnya, Tiongkok sedikit demi sedikit melakukan dari currency yang tadinya tetap, sekarang kan sudah mulai manageable think. Jadi harus kalau mau jadi mata uang dunia, harus free floating," terangnya.

Seperti diketahui, Hasil survei HSBC menunjukkan bahwa ada 11 negara, misalnya Prancis dan Taiwan, yang mayoritas perusahaannya bertransaksi menggunakan mata uang yuan.

Eksportir ataupun pengusaha yang melakukan perdagangan menggunakan mata uang Tiongkok, yuan atau reminbi, merasakan keuntungan yang lebih besar dibandingkan ketika berdagang dengan mata uang lain. Ini tak lepas dari jumlah pengguna yuan yang begitu banyak terutama di Tiongkok sendiri yang merupakan negara dengan populasi terbesar di dunia.

Survei dilakukan dengan responden 1.304 perusahaan dari berbagai negara yang melakukan bisnis dengan Tiongkok. Perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari 11 negara yang menjadi objek survei, yaitu Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, Singapura, Australia, Inggris, Jerman, Prancis, Uni Emirat Arab, Kanada, dan AS.

(mkl/hds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads