Hal ini membuat kredibilitas stasiun televisi bernuansa merah itu dipertanyakan oleh masyarakat, sehingga sahamnya jatuh. Padahal, secara fundamental, kinerja perusahaan masih cukup baik.
Direktur Utama VIVA Anindya N. Bakrie menjelaskan, pertumbuhan bisnis anak perusahaan di sektor televisi melalui tvOne dan ANTV menjadi katalis utama yang menjadikan kinerja VIVA selama Semester I-2014 semakin menguat dan berhasil melanjutkan tren pertumbuhan positif yang telah dicapai sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, fluktuasi yang terjadi pada saham VIVA di Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa waktu lalu tidak berkaitan dengan kinerja dan prospek bisnis perseroan.
"Sebagai manajemen kami tidak bisa mengontrol pergerakan saham karena hal itu di luar kontrol perusahaan. Namun, kami ingin memastikan bahwa pertumbuhan bisnis VIVA tetap solid dan tumbuh secara positif," tegas Anidya.
Setelah sempat anjlok sejak pelaksanaan Pilpres berakhir, saham VIVA akhirnya melesat 9,57% ke level harga Rp 229 per saham pada penutupan perdagangan kemarin.
Namun sahamnya ini harganya masih di bawah posisi harganya saat initial public offering (IPO) alias penawaran umum saham perdana sebesar Rp 300 per lembar pada 21 November 2011.
Hingg siang hari ini saham berkode VIVA itu naik 7,42% ke posisi Rp 247 per lembar. Sahamnya sudah diperdagangkan sebanyak 2.130 kali dengan volume 589.765 lot senilai Rp 14,2 miliar.
(ang/dnl)