Dana Asing Mengalir Keluar, Dolar AS Melambung ke Rp 12.000

Dana Asing Mengalir Keluar, Dolar AS Melambung ke Rp 12.000

- detikFinance
Selasa, 16 Sep 2014 10:45 WIB
Dana Asing Mengalir Keluar, Dolar AS Melambung ke Rp 12.000
Jakarta - Investor asing masih terus menarik dananya keuar dari Indonesia. Hal ini membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah.

Dalam dua pekan terakhir dana asing sudah keluar sekitar Rp 6 triliun dair lantai bursa saja. Aksi jual dilakukan investor asing setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Setelah rekor IHSG tersebut, investor cenderung menarik ambil untung. Apalagi saat ini dana asing yang berada di bursa masih sebanyak Rp 54,3 triliun, jadi masih banyak yang bisa ditarik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemarin dolar AS sempat menyentuh posisi Rp 12.000. Namun hari ini penguatan dolar bisa sedikit ditahan berkat pengumuman struktur kabinet Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi).

"Rupiah berada di bawah tekanan lagi yang terlihat pada perdagangan tanggal 15 September di mana dolar AS mencapai Rp 11.971. Menurut kami pergerakan nilai tukar rupiah belum mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia, namun lebih kepada pelemahan yang abnormal ini hanya sementara," kata Daewoo Securities dalam risetnya, Selasa (16/9/2014).

Menurutnya penjualan valas secara besar-besaran dilakukan oleh investor di pasar global, hal ini juga terjadi di Indonesia, investor asing telah mencatatkan penjualan bersih untuk mengurangi aset berisikonya.

"Ini karena melemahnya sentimen pasar menjelang pertemuan Komite Federal Open Market (FOMC) pekan ini. FOMC akan bertemu pada Selasa dan Rabu untuk membahas kapan akan mulai menaikan kebijakan suku bunga yang saat ini mendekati nol," ujarnya.

Perbaikan ekonomi baru-baru di AS meningkatkan kekhawatiran bahwa Fed akan menaikkan suku bunga lebih awal dari yang diperkirakan. Selain itu keputusan Presiden Obama untuk membentuk koalisi demi membasmi ISIS adalah kekhawatiran lain untuk investor.

"Meskipun kami mempertahankan pandangan kami bahwa harga minyak kemungkinan akan tetap rendah namun kekhawatiran investor merupakan indikator untuk berhati-hati. Isu-isu lain yang menghambat sentimen investasi termasuk rencana Skotlandia untuk merdeka (dari Inggris), isu Ukraina, dan kerusuhan di Irak," jelasnya.

(ang/hds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads