Dolar 'Perkasa' di Rp 12.000, Ini Penjelasan BI

Dolar 'Perkasa' di Rp 12.000, Ini Penjelasan BI

- detikFinance
Jumat, 26 Sep 2014 14:50 WIB
Dolar Perkasa di Rp 12.000, Ini Penjelasan BI
Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini kembali melemah menembus level Rp 12.000 per dolar AS. Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan ini minim dipengaruhi oleh sentimen Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) melalui DPRD.

Menurut data Reuters, dolar diperdagangkan di posisi Rp 12.035. Sementara di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), dolar berada di posisi Rp 12.007.

Direktur Departemen Statistik dan Moneter BI Doddy Zulverdi mengatakan pelemahan rupiah lebih disebabkan faktor eksternal. Dia menilai sentimen Pilkada melalui DPRD tak banyak berpengaruh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Belum bisa disimpulkan ke sana (pengeruh Pilkada DPRD). Ini masih lebih bagian dari perkembangan eksternal," jelas dia di Gedung BI, Jakarta, Jumat (26/9/2014).

Menurut Doddy, pelemahan rupiah disebabkan perkembangan ekonomi di AS. Bank sentral AS The Federal Reserves/The Fed dikabarkan akan menaikkan suku bunga seiring dengan pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. Investor pun mulai ancang-ancang untuk meninggalkan pasar keuangan negara-negara berkembang untuk masuk ke pasar AS.

"Ini memang masih dipengaruhi kondisi fundamental, ekonomi eksternal. Dampak indikasi penguatan (perbaikan ekonomi) di Amerika yang masih kuat," sebutnya.

Doddy menjelaskan, AS yang selama ini menggelontorkan likuiditas yang cukup besar ke pasar keuangan global mengindikasikan rencana untuk mengurangi likuiditas tersebut.

"Otomatis, ada penyesuaian portofolio investasi di kalangan investor. Dari yang semula keluar dari Amerika, kembali masuk ke negara tersebut," sambung dia.

Sehingga, tambah Doddy, tidak hanya rupiah yang melemah. Dolar AS memang tengah menguat terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia.

Meski demikian, ia berkeyakinan kondisi akan membaik pada tahun depan. Pemulihan ekonomi di AS juga memberi pulang bagi Indonesia, yaitu potensi peningkatan ekspor. Selama ini, AS masih menjadi salah satu tujuan ekspor utama Indonesia selain Tiongkok.

"Awalnya melemah sedikit dulu karena arus modal keluar, meskipun sebenarnya tidak serta-merta terlihat arus keluar hanya arus masuknya tidak sederas biasanya. Begitu nanti perbaikan Amerika sudah firm, maka perbaikan akan muncul dan mudah-mudahan sesuai prediksi di tahun depan nilai tukar akan membaik," jelas Doddy.

(hds/hds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads