IHSG Masih Tertekan Aksi Jual Investor Asing

Rekomendasi Saham

IHSG Masih Tertekan Aksi Jual Investor Asing

- detikFinance
Jumat, 21 Nov 2014 08:44 WIB
IHSG Masih Tertekan Aksi Jual Investor Asing
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin lengser dari level 5.100 setelah terpangkas 34 poin. Investor asing mengambil untung dengan melepas saham-saham unggulan.

Menutup perdagangan, Kamis (20/11/2014), IHSG terkoreksi 34,367 poin (0,67%) ke level 5.093,566. Sementara Indeks LQ45 terpangkas 6,081 poin (0,69%) ke level 875,157.

Indeks Dow Jones dan S&P 500 kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Penguatan kali ini didorong oleh solidnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan saham-saham teknologi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada penutupan perdagangan Kamis waktu setempat, Indeks Dow Jones naik 33,27 poin (0,19%) ke level 17.719, sebuah rekor baru. Indeks S&P 500 bertambah 4,03 poin (0,2%) ke level 2.052,75, rekor ke-44 kalinya tahun ini. Sedangkan Indeks Komposit Nasdaq tumbuh 26,16 poin (0,56%) ke level 4.701,87.

Hari ini IHSG diperkirakan masih akan terkena tekanan jual, terutama dari investor asing. Namun, aksi beli selektif bisa membuat IHSG rebound.

Pergerakan bursa regional pagi hari ini:

  • Indeks Nikkei 225 melemah 138,49 poin (0,80%) ke level 17.162,37.
  • Indeks Straits Times naik 22,73 poin (0,69%) ke level 3.338,33.

Rekomendasi untuk perdagangan saham hari ini:
Woori Korindo Securities
Tidak jauh berbeda dari yang kami sampaikan sebelumnya dimana laju IHSG meski menguat namun, meninggalkan utang gap 5102-5111 yang diperkirakan akan rentan terjadi pembalikan arah melemah jika tidak ditopang adanya sentiment positif. Dan IHSG pun lebih banyak menghabiskan waktu di zona merah seiring aksi ambil untung pelaku pasar. Apalagi dengan adanya utang gap tersebut membuat IHSG berkeinginan untuk menutup utang gap tersebut. Jelang akhir sesi, laju IHSG sempat ditarik naik namun, belum cukup mampu membawanya ke zona hijau. Laju bursa saham Asia yang terimbas pelemahan bursa saham AS, pelemahan nila tukar Rupiah, hingga kembalinya transaksi jual asing menambah derita IHSG. Imbas kenaikan harga BBM yang dibarengi dengan kenaikan reaktif BI rate yang sebelumnya direspon positif, dimanfaatkan pelaku pasar untuk profit taking. Adapun transaksi asing kembali tercatat nett sell (dari nett buy Rp 431,30 miliar menjadi net sell Rp 432,38 miliar).

Laju Rupiah berbalik negatif yang terimbas pelemahan Yen. Di sisi lain, ekspektasi akan kenaikan suku bunga The Fed membuat US$ bergerak menguat dan memanfaatkan pelemahan Yen. Meski belum akan dinaikan dalam waktu dekat namun, dari pertemuan The Fed pelaku pasar mengasumsikan rencana The Fed yang akan segera direalisasikan. Laju Rupiah di bawah level support 12.135. Tampaknya ekspektasi akan kenaikan lanjutan Rupiah akan terhalangi dengan menguatnya laju US$. Rp 12.174-12.158 (kurs tengah BI).

Ekspektasi akan menangnya Abe dalam pemilu yang dipercepat dan berkurangnya defisit perdagangan Jepang membuat nilai Yen masih bergerak turun. Pelaku pasar melihat akan kemenangan tersebut membuat rencana Abe untuk menambah stimulus segera dapat terealisasi. Laju Nikkei dan Topix bergerak menguat merespon kondisi tersebut. Rilis penurunan HSBC manufacturing PMI China direspon negatif sejumlah bursa saham China dan sekitar. Bursa saham Asia lainnya pun ikut terkena pelemahan yang juga terimbas pelemahan bursa saham AS.

Turunnya PPI Jerman yang dibarengi penurunan kegiatan manufaktur Jerman a.l markit service PMI, markit comp PMI, dan markit manufacturing PMI memberikan sentimen negatif. Rilis data yang sama juga terjadi untuk kegiatan manufaktur Zona Euro; turunnya industrial sales & orders; dan variatifnya rilis kegiatan manufaktur Perancis dimana markit service PMI dan markit comp PMI nya mengalami kenaikan namun, markit manufacturing PMI nya menurun tidak mampu menahan aksi jual yang terjadi.

Laju bursa saham AS mencoba untuk menguat meski masih terbatas seiring respon pelaku pasar terhadap kenaikan tipis inflasi Oktober yang sesuai perkiraan sebelumnya; serta naiknya CB leading index, existing home sales, dan Philadelphia Fed Manufacturing Index. Tetapi, laju nya tertahan pelemahan indeks kegiatan manufaktur. Rilis kinerja emiten-emiten ritel yang di atas estimasi turut disambut positif.
 
Pada perdagangan Jumat (21/11) IHSG diperkirakan akan berada pada rentang support 5055-5068 dan resisten 5100-5132. Separating lines di bawah area upper bollinger band (UBB ). MACD kembali terbatas dengan histogram positif yang mendatar. RSI, Stochastic, dan William’s %R mulai berkurang peningkatannya. Laju IHSG gagal mendekati di target resisten (5132-5145) dan lebih banyak di area target support (5090-5105). Utang gap 5102-5111 sebelumnya tersisa telah lunas. Tetapi, masih maraknya sentimen negatif dari sejumlah bursa saham global membuat laju IHSG cenderung tertekan dan masih menyimpan potensi pelemahan lanjutan.

Bahana Securities
Pada perdagangan Kamis (20/11) IHSG turun 34 poin (-0,67%) ke level 5.093,57 terkena aksi profit taking setelah sebelumnya mengalami kenaikan tiga hari berturut-turut serta perkiraan menurunnya kinerja keuangan perusahaan pada Kuartal 4 2014 terkena dampak kenaikan harga BBM dan BI Rate.

Saham-saham yang menjadi pemberat bursa hari ini a.l. BBCA, ASII, TLKM, BBRI, dan BMRI dimana asing tercatat melakukan net sell di pasar reguler sebesar Rp 537,4 miliar dengan saham-saham yang banyak dilepas asing a.l. TLKM, ASII, BBNI, SSMS, dan BMRI.

Secara teknikal, indeks mengalami koreksi teknikal untuk tutup gap dan masih tutup diatas MA5 sekaligus upper band bollinger. Stochastic overbought sementara RSI dan MACD flat.

Hari ini (21/11) IHSG diperkirakan masih akan melemah dan bergerak di kisaran 5.050-5.125 dengan saham-saham yang dapat diperhatikan a.l. SIMP, VIVA, BEST, GGRM, dan WSKT.

Rupiah Kamis (20/11) ditutup di level 12.175 dan hari ini (21/11) diperkirakan akan bergerak di kisaran 12.148-12.229 dengan kecenderungan melemah.

(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads