IHSG dan Rupiah Masih Mengalami Tekanan

Rekomendasi Saham

IHSG dan Rupiah Masih Mengalami Tekanan

- detikFinance
Rabu, 17 Des 2014 08:58 WIB
IHSG dan Rupiah Masih Mengalami Tekanan
Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ambruk 82 poin seiring aksi jual bersih senilai Rp 1 triliun. Koreksi IHSG termasuk yang paling landai di antara bursa regional.

Menutup perdagangan, Selasa (16/12/2014), IHSG amblas 82,404 poin (1,61%) ke level 5.026,028. Sementara Indeks LQ45 jatuh 17,049 poin (1,94%) ke level 862,083.

Wall Street kembali melemah di hari ketiganya berturut-turut. Pasar saham Paman Sam kali ini kena koreksi akibat jatuhnya saham-saham teknologi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada penutupan perdagangan Selasa waktu setempat, Indeks Dow Jones melemah 111,97 poin (0,65%) ke level 17.068,87, Indeks S&P 500 kehilangan 16,89 poin (0,85%) ke level 1.972,74 dan Indeks Komposit Nasdaq anjlok 57,32 poin (1,24%) ke level 4.547,83.

Hari ini IHSG diperkirakan masih akan terkena koreksi. Situasi di bursa global dan regional masih belum membaik. Rupiah juga diprediksi masih mengalami tekanan.

Pergerakan bursa-bursa regional pagi hari ini:

  • Indeks Nikkei 225 naik 80,45 poin (0,48%) ke level 16.835,77.
  • Indeks Straits Times naik tipis 0,61 poin (0,02%) ke level 3.215,70.

Rekomendasi untuk perdagangan saham hari ini:
Bahana Securities
Pada perdagangan Selasa (16/12) IHSG turun 82 poin (-1,61%) ke level 5.026,03 mengikuti pelemahan rupiah setelah asing keluar dari Indonesia melalui penjualan SUN dan pasar modal.

Saham-saham yang menjadi pemberat bursa a.l. BBCA, TLKM, BBRI, UNVR, dan BMRI di mana asing tercatat melakukan net sell di pasar reguler sebesar Rp 1,6 triliun dengan saham-saham yang banyak dijual asing a.l. BMRI, BBRI, TLKM, SMGR, dan PGAS.

Secara teknikal, indeks turun disertai volume dan kembali membuat gap di 5.069-5.126 dan tutup dibawah MA50. Stochastic, RSI, dan MACD masih negatif.

Hari ini (17/12) IHSG diperkirakan akan bergerak melemah di kisaran 5.000-5.070 dengan saham-saham yang dapat diperhatikan a.l. ADRO, BJTM, ANTM, JPRS, dan DSFI.

Woori Korindo Securities
Kembali IHSG memperlihatkan pelemahannya setelah sehari sebelumnya di terkam dengan sentiment pelemahan laju bursa saham global yang berimbas pada laju bursa saham Asia, termasuk IHSG. Tidak jauh berbeda, kali ini laju IHSG pun kembali dihadang dengan pelemahan nilai tukar Rupiah. Pelaku pasar memilih untuk kembali melakukan aksi jual setelah melihat pelemahan Rupiah yang seolah-olah tidak terbendung. Hampir seluruh sektor emiten mengalami pelemahan. Pelaku pasar juga berpandangan bahwa dengan penguatan US$ yang terlalu tajam, di satu sisi dapat positif bagi pendapatan emiten yang menggunakan pembukuan dalam US$ namun, di sisi lain negatif bagi beban kinerja para emiten. Apalagi yang memiliki utang dalam bentuk US$, sudah tentu direspon negative. Akan tetapi, bagi Kami melihatnya, pergerakan US$ dan pasar komoditas yang terlalu ekstrim tidak lah menguntungkan emiten manapun. Dengan penguatan US$ maka harga komoditas akan cenderung turun. Ditambah lagi dengan harga minyak yang masih dalam tren turun maka akan mengakibatkan pasar komoditas kurang menarik. Di sisi lain, perkembangan ekonomi AS yang bertahap menunjukkan perbaikan dan sentimen akan meningkatnya Fed rate membuat US$ kian perkasa. Akibatnya?... tentunya sudah pada tahu….US$ menguat dan pelaku pasar lebih suka masuk ke pasar currency, terutama US$ dan sementara pasar komoditas dan saham-obligasi ditinggalkan. Di sisi lain, masih berlanjutnya pelemahan sejumlah laju bursa saham Asia dan pembukaan bursa saham Eropa serta Rupiah yang masih lebih senang berada di zona merah kembali memerahkan IHSG. Adapun transaksi asing tercatat nett sell (dari net sell Rp 828,06 miliar menjadi net sell Rp 1,25 miliar).

Sentimen dari meningkatnya suku bunga Rusia menjadi 17% dari 10,5% secara tidak terduga dan terapresiasinya Yen setelah merespon masih turunnya harga minyak, tidak berimbas positif pada laju Rupiah yang kian hari kian tertekan. Tidak hanya Rupiah, laju AUD dan beberapa mata uang emerging market lainnya pun juga ikut mengalami pelemahan. Meski pelemahan masih terjadi namun, dapat tertahan dengan adanya intervensi dari BI senilai Rp200 miliar melalui pembelian obligasi. Laju Rupiah berada di bawah target level support 12.623. Meski telah dilakukannya intervensi terhadap Rupiah namun, kurang cukup dapat menahan pelemahannya seiring masih kuatnya laju US$. Belum adanya sentimen maupun berita positif membuat laju Rupiah diperkirakan dapat melanjutkan pergerakan negatifnya. Rp 12.962-12.821 (kurs tengah BI).

Laju bursa saham Asia masih melanjutkan pelemahannya seiring dengan masih turunnya tren harga minyak mentah. Tidak hanya itu, melonjaknya Yen juga berimbas pada pelemahan Nikkei yang diikuti indeks saham Asia lainnya, meskipun terdapat rilis positif meningkatnya markit manufacturing PMI Jepang. Tetapi, bursa saham China masih mampu berada di zona hijau seiring masih menguatnya saham-saham konstruksi dan kereta dengan sentimen perkiraan Pemerintah China akan melakukan berbagai macam upaya untuk mendukung dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Laju bursa saham Eropa tampak sedang melanjutkan pelemahannya. Padahal terdapat sentimen positif dari meningkatnya CBI industrial trends order Inggris. Masih berlanjutnya pelemahan harga minyak mentah dunia membuat sejumlah saham-saham prosuden minyak mengalami pelemahan sehingga berakibat pada berlanjutnya pelemahan laju bursa saham Eropa.

Laju bursa saham AS di awal pekan sempat kembali mencoba menguat meski belum signifikan dan cenderung berakhir melemah. Kembali menguatnya harga minyak mentah sempat sedikit membantu laju penguatan bursa saham AS namun, maraknya pemberitaan akan kekhawatiran harga minyak mentah dapat menyentuh $40 per barrel membuat selloff pada saham-saham produsen minyak kian bertambah. Rilis kenaikan capacity utilization, industrial producton, dan manufacturing production tidak mampu mengimbangi sentimen tersebut dan terjadi penurunan pada data NY empire state manufacturing index.
 
Pada perdagangan Selasa (16/12) IHSG diperkirakan akan berada pada rentang support 5089-5099 dan resisten 5115-5130. Hammer berada di area lower bollinger band (LBB ). MACD cenderung melemah setelah terbentuk death gross dengan histogram negatif yang memanjang. RSI, Stochastic, dan William’s %R cenderung melemah. Laju IHSG gagal mendekati target resisten (5172-5183) dan lebih banyak menghabiskan waktu di zona merah dimana target support (5138-5152) telah terlewati. Laju IHSG kembali meninggalkan utang gap di 5126-5150. Meski menawarkan peluang investasi menarik, terutama dari posisi nya yang berada di level yang cukup rendah namun, belum didukung olah sentimen yang ada dimana Rupiah masih melanjutkan terdepresiasi. Untuk itu, perlu juga waspada akan terjadinya pelemahan lanjutan seiring masih berlanjutnya potensi profit taking.

(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads