Menutup perdagangan Jumat (19/12/2014), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat di posisi Rp 12.490 dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan Kamis (18/12/2014) di Rp 12.560 per dolar AS.
Bagi yang punya dolar AS, pelemahan rupiah ini tentunya membawa keuntungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pelemahan mata uang tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga negara lain bahkan depresiasinya lebih tinggi.
"Dibanding currency lainnya, depresiasi rupiah lebih kecil," katanya.
Pelemahan rupiah ini justru menguntungkan bagi masyarakat yang pegang dolar AS. Di saat dolar terus menguat, bisa dimanfaatkan untuk menjualnya.
Namun begitu, meskipun rupiah terdepresiasi, investasi rupiah dalam bentuk lain seperti obligasi, Surat Utang Negara (SUN), deposito, atau pun saham justru mendapatkan imbal hasil (return) yang lebih tinggi.
Rully menyebutkan, untuk investasi di deposito rata-rata imbal hasil atau keuntungan yang diberikan mencapai 7,75%, sementara SUN di angka rata-rata 8,5%, bahkan saham lebih tinggi lagi di angka 15-20%.
"Kalau pegang dolar paling untungnya 4-6% kan dari pelemahan rupiah, obligasi dolar AS malah hanya 3-3,5% itu yang jangka panjang 20-30 tahun, kalau di deposito, obligasi, SUN, saham kan lebih tinggi. Jadi untungnya ya tergantung pegang yang mana," jelas dia.
Ke depan, Rully mengatakan, pelemahan rupiah akan bisa ditekan jika fundamental ekonomi Indonesia seperti defisit neraca transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) bisa ditekan di bawah 3%.
Jika defisit berkurang, apalagi sampai surplus, rupiah bisa naik ke level Rp 11.000-Rp 11.500. Tapi jika defisit makin melebar, rupiah akan terus tertekan hingga angka Rp 13.000 per dolar AS.
"Jadi tergantung fundamentalnya," kata Rully.
(drk/rrd)











































