Demikian disampaikan Direktur Keuangan Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra saat berbincang bersama wartawan di kantor pusat Garuda Indonesia, Panin Tower Senayan City, Jakarta, Selasa (24/2/2015).
"Kinerja unaudited Januari 2015 is the best result ever dibanding bulan Januari 3 tahun sebelumnya," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ari optimistis, hingga akhir tahun perseroan bakal untung dengan asumsi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di angka Rp 13.000/US$.
"BOD Garuda Indonesia tahun ini menargetkan laba after tax. Akhir tahun 2015 bisa laba dengan asumsi rupiah Rp 13.000," ucap dia.
Untuk mendukung target tersebut, Ari menyebutkan, ada berbagai strategi yang tengah dibidik yaitu peningkatan revenue generator. Seluruh potensi yang dapat meningkatkan pendapatan perusahaan akan dimaksimalkan.
"Rute-rute yang rugi kita pangkas. Kita tingkatkan kerja sama dengan corporate, travel agent, tingkatkan frekuensi rute-rute yang menguntungkan," sebutnya.
Di sisi lain, Ari menyebutkan akan melakukan restrukturisasi cost driver. Garuda Indonesia akan melakukan penataan dan restrukturisasi biaya sehingga dapat dicapai efisiensi yang tinggi, tanpa mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan.
"Sampai Januari 2015, efisiensi di cost sudah US$ 148 juta, ini di luar fuel. Kita selama ini menggunakan AC selama menunggu pesawat take off itu pakai mesin pesawat, sekarang pake GPU (Generator Power Unit). Ini lebih efisien," jelas dia.
Selain itu, kata Ari, perseroan juga melakukan kegiatan reprofiling melalui berbagai langkah dan strategi menyangkut aspek keuangan, sehingga kondisi finansial perusahaan terjaga.
Β
"Kita juga lakukan fuel hedge 50% tahun ini, tahun lalu 10%. Itu kebijakan BOD. Karena kita melihat berdasarkan analisa katanya fuel bakal naik di akhir tahun, jadi kita averaging dalam setahun," tandasnya.
(drk/hds)











































