Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) sampai pada level Rp 13.000 bukan karena pemerintah atau Bank Indonesia (BI) tidak mengambil kebijakan. Namun, hal ini terjadi karena faktor ekonomi global.
"Rupiah melemah terhadap dolar AS itu bukan salah kita itu," ujar Menteri Koordinator Bidang Maritim Indroyono Soesilo, ditemui di kantornya, Jumat (13/3/2015).
Ia mengatakan, pelemahan rupiah terhadap dolar dan menembus pada level Rp 13.000, karena ekonomi faktor global ekonomi. Akibat bank sentral AS ingin menaikkan suku bunga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Naiknya suku bunga ini merupakan sinyak ekonomi AS yang meningkat dan pengangguran berkurang sehingga uang dolar AS banyak kembali ke negaranya.
"Jadi bukan salah kita, dan kita juga enggak perlu khawatir. Kondisi ekonomi kita baik-baik saja bahkan dalam kondisi bagus," tutup Indroyono.
Penguatan Dolar AS Tak Ganggu Investasi Sektor Maritim
Pemerintah sangat percaya diri bila ekonomi Indonesia tidak akan terguncang meski dolar AS makin menguat di level Rp 13.000.
"Dolar itu menguat tinggi terhadap hampir semua mata uang di dunia, termasuk juga di Indonesia. Tapi apakah ekonomi kita terganggu karena dolar Rp 13.000, saya yakin tidak berpengaruh," tegas Indroyono.
Indroyono mengatakan, penguatan dolar tersebut, sudah diantisipasi pemerintah, dengan meningkatkan investasi pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi. Hal tersebut, membuat iklim investasi di Indonesia bagus, mulai investor listrik, perbankan, infrastruktur lainnya banyak yang masuk ke Indonesia.
"Jangan lupa, kita punya kekuatan 250 juta rakyat Indonesia, itu pasar besar bagi investor. Kita butuh listrik, kita bangun jalan, pelabuhan, bandara, semua kita bangun. Pasti investor masuk, karena investasi mereka pasti balik cepat. Ini beda kalau negara kita negara kecil, penduduk sedikit, dan tidak ada investasi baru, baru kita panik. Walau dolar sekarang Rp 13.000, enggak ngaruh," pungkasnya. (rrd/ang)











































