Dolar AS Melambung, Garuda Catat Rugi Rp 4,3 Triliun

Dolar AS Melambung, Garuda Catat Rugi Rp 4,3 Triliun

- detikFinance
Jumat, 20 Mar 2015 13:50 WIB
Dolar AS Melambung, Garuda Catat Rugi Rp 4,3 Triliun
Jakarta -

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatat kinerja keuangan negatif pada tahun buku 2014. Maskapai pelat merah ini membukukan kerugian sebesar US$ 338,4 juta (Rp 4,3 triliun) atau naik dari periode sama tahun 2013 yang hanya US$ 5,6 juta (Rp 72,8 miliar).

Kerugian ini dipengaruhi oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, mahalnya harga avtur, regulasi penerbangan yang tidak mendukung hingga adanya penghapusan utang PT Merpati Nusantara Airlines (Persero).

Seperti diketahui mayoritas biaya di maskapai berbentuk dolar serta biaya tertinggi disumbang oleh bahan bakar avtur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Potensi loss 2014 untuk global player. Faktor eksternal kuat," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo saar acara analist meeting di area Kantor Garuda, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (20/3/2015).

Garuda memutuskan utang Merpati terhadap perseroan dianggap sebagai rugi. Alasannya utang yang sebesar US$ 32 juta dinilai sudah tidak mampu dilunasi oleh Merpati.

Utang dihapus sebesar US$ 16 juta pada tahun 2013 dan US$ 16 juta pada tahun 2014. Langkah ini sudah memperoleh restu pemegang saham.

"Utang perawatan pesawat, penjualan tiket, hingga pinjaman," ujarnya.

Pada tahun 2014, Garuda Indonesia mencatat pendapatan operasi sebesar US$ 3,93 miliar atau naik 4,6% dari tahun 2013. Meski kinerja keuangan kurang berkesan di tahun 2014, perseroan berhasil membukukan net income atau laba pada awal tahun 2015.

Net income bulan Januari 2015 negatif US$ 2,8 juta atau turun signifikan dari periode sama tahun 2014 yang negatif US$ 73,7 juta. Sedangkan bulan Februari 2015, Garuda Indonesia berhasil membukukan untung US$ 1,2 juta atau membaik dari periode sebelumnya tahun 2014 yang negatif alias rugi US$ 77,4 juta.

Kinerja positif awal 2015 didorong oleh beberapa program seperti melakukan revenue generator dengan jalan restrukturisasi jaringan penerbangan, pengembangan rute-rute di China yakni di luar 3 kota besar yang telah diterbangi Garuda Indonesia hingga pengembangan pasar ke Timur Tengah.

Perseroan juga melakukan penataan dan restrukturisasi biaya untuk tujuan efisiensi. "Melalui program efisiensi, perseroan dapat melakukan penghematan US$ 146,94 juta dari penurunan harga minyak dunia sebesar US$ 172,25 juta," ujarnya.

Langkah terakhir dilakukan manajemen adalah melakukan reprofiling terhadap fasilitas pembiayaan komersial. Caranya Garuda Indonesia melakukan langkah dan strategi memperpanjang jatuh tempo kredit, relaksasi beberapa term serta menaikkan positive cash flow perusahaan.

Di tempat yang sama Direktur Keuangan Garuda Indonesia Ari Askhara Danadiputra menjelaskan perseroan juga melakukan upaya perlindungan dari dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Perseroan melakukan 'asuransi' atau hedging mata uang melalui transaksi cross currency swap dengan beberapa bank atas obligasi rupiah ke mata uang dolar senilai Rp 1 triliun.

"Selain itu, sebagai langkah antisipatif, perusahaan jug meningkatkan alokasi fuel hedging dari 10% tahun lalu menjadi 50% tahun 2015 dari total konsumsi bahan bakar pesawat. Hingga saat ini, perusahaan telah melakukan 25% dengan call option dan forward khusus bulan tertentu seperti liburan sekolah, lebaran dan akhir tahun," ujarnya.

(feb/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads