βPerekonomian Indonesia diprediksi masih akan terus tertekan dalam 2-3 tahun ke depan, terutama soal pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Isu soal rencana bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menaikkan tingkat suku bunganya masih akan bergulir dalam waktu lama.
Ketidakpastian ini membuat investor memilih tempat yang paling aman untuk menyimpan instrumen investasi mereka. AS dinilai punya daya tarik tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam 2-3 tahun ke depanβ, masih akan ada penguatan dolar AS. Masih mengalami super dolar," katanya.
Fauzi menjelaskan, pasar AS memang dinilai lebih menarik dibanding negara-negara lainnya. Dengan rencana menaikkan tingkat suku bunganya, dimungkinkan banyak dana-dana investor akan ditarik dari negara-negara emerging market termasuk Indonesia untuk disimpan di AS.
"Secara relatif lebih menarik suku bunga naik, ditambah ada prospek di semester II-2015, Fed Fund rate akan naik 50 bps dari 0,25 ke 0,75 persen," sebut dia.
Apalagi, kata dia, diprediksi negara adidaya tersebut akan jadi produsen minyak terbesar di dunia mengalahkan Arab Saudi dan Rusia dengan shale gas yang dimilikinyaβ. Bahkan, di tahun 2030, AS diramal akan bisa menerapkan swasembada energi.
"Impor minyak ke AS akan berkurang, dan current account deficit AS membaik yang memberi dampak positif. Super dolar bakal terjadi dan akan terjadi," tegas dia.
Untuk menangkalnya, kata Fauzi, βtak ada cara lain yaitu bagaimana Indonesia bisa menurunkan Current Account Deficit (CAD).
"Pemerintah perlu melakukan koreksi, menurunkan CAD sehingga sewaktu AS naikkan Fed Fund rate, Indonesia bisa lebih siap. Jadi suku bunga BI dipangkas belum waktunya," kata Fauzi.
(drk/ang)











































