Harga Komoditas Lesu, Jaya Agra Pede Untung Rp 53 M Tahun Ini

Harga Komoditas Lesu, Jaya Agra Pede Untung Rp 53 M Tahun Ini

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Jumat, 22 Mei 2015 13:20 WIB
Jakarta - Meskipun kinerja PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) merosot di kuartal I-2015 akibat lesunya harga komoditas, perseroan masih optimistis di sepanjang tahun ini masih bisa membukukan kinerja positif.

Kuartal I-2015, penjualan perseroan turun dari Rp 214 miliar ke Rp 131 miliar. Penurunan penjualan ini membuat laba bersih perseroan merosot menjadi hanya Rp 2,778 miliar di kuartal I-2015, jauh lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 30,757 miliar.

Meskipun begitu, aset perseroan masih tercatat naik dari Rp 2,6 triliun menjadi Rp 3 triliun di periode tahun 2014 atau ada kenaikan sekitar 15%. Ekuitas juga masih tercatat naik dari Rp 1,274 triliun ke Rp 1,3 triliun.

Direktur Keuangan JAWA Bambang S Ibrahim menyebutkan, perseroan menargetkan angka penjualan di tahun ini sebesar Rp 1,1 triliun yang dikontribusi dari penjualan karet sebesar Rp 529 miliar dan CPO dan kernel sebesar Rp 588 miliar. Dari target itu, perseroan menargetkan bisa mengantongi laba bersih di tahun ini sebesar Rp 53 miliar.

"Target di kuartal satu nggak tercapai karena harga komoditas yang turun, berharap di kuartal dua dan tiga dan seterusnya bisa membaik. Kita juga lakukan efisiensi, tadinya pupuk tunggal sekarang majemuk," kata dia saat acara Public Expose JAWA, di Sangri-La Hotel, Jakarta, Jumat (22/5/2015).

Bambang menjelaskan, harga komoditas diperkirakan akan mulai pulih sehingga bisa menggenjot kinerja perseroan. Tahun ini, perseroan merencanakan penanaman tanaman kelapa sawit baru seluas 670 hektar dan karet seluas 855 hektar.

Saat ini, kata Bambang, produksi karet inti perseroan mencapai 9.425 ton, sementara produksi karet dari pembelian pihak ketiga mencapai 15.118 ton sehingga secara total produksinya mencapai 24.543 ton.

Sementara produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti mencapai 15.705 ton, dan TBS dari pembelian pihak ketiga sebesar 154.804 ton.

Penjualan komoditas perseroan lebih banyak disalurkan di pasar domestik sebesar 97%, sisanya di ekspor ke Belanda, India, dan Slovenia.

"2015 kami sudah punya 2 pabrik. Pabrik CPO menghasilkan 66.800 ton, dan kernel 13.700 ton," sebut dia.

Bambang menyebutkan, per 31 Desember 2014, Luas kebun inti tertanam perseroan untuk karet mencapai15.794 hektar dan kelapa sawit sebesar 21.407 hektar. Saat ini, total Land bank perseroan mencapai 16.000 hektar yang lokasinya berada di Kalimantan Selatan.

Perseroan menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp 341 miliar di tahun ini untuk menanam sawit dan karet. Dana belanja modal itu berasal dari internal kas perseroan. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan akan ada dana pinjaman bank atau obligasi sebesar Rp 300 miliar untuk membiaya ekspansi perseroan.

"Tapi belum tahu kapan terbitkan obligasi. Kalau nggak tahun ini, tahun depan," ujarnya.

Bambang menyebutkan, di tahun 2013, harga jual karet sebesar Rp 27.300 per kg. Sementara di tahun 2014 turun menjadi Rp 21.900 per kg.

Sedangkan harga jual CPO di tahun 2013 sebesar Rp 7.100 dan di tahun 2014 harganya naik di Rp 8.300.

"Untung sawit daripada karet, tapi sekarang tidak," katanya.

Di samping itu, perseroan juga sepakat untuk membagikan dividen final kepada para pemegang saham sebesar Rp 5,049 miliar atau 10% dari laba bersih yang dapat diatribusikan kepada induk perusahaan yang setara Rp 1,34 per lembar saham.

Sebesar Rp 2,524 miliar atau 5% dari laba bersih 2014 akan disisihkan sebagai dana cadangan, sedangkan sisanya laba bersih akan dibukukan untuk menambah saldo untuk memperkuat struktur modal perseroan.

(Dewi Rachmat Kusuma/Angga Aliya)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads