Penurunan tajam IHSG dinilai Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito sebagai dampak dari kondisi perekonomian global. Bursa saham negara lain pun mengalami hal yang sama. Jadi, investor tak perlu ambil pusing.
"Bursa efek Shanghai indeksnya pernah turun dalam sehari 7% mereka nggak pusing, jadi investor nggak perlu pusing karena ini fenomena internasional, bukan hanya Indonesia sendiri," ujarnya saat ditemui di Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa (9/6/2015).
Ito menjelaskan, investor harus melihat tren perekonomian global yang menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan atau penurunan indeks.
Bursa saham negara lain juga terkena dampak akibat pengaruh ekonomi global ini. Menurutnya, penurunan ini belum masuk posisi mengkhawatirkan sehingga belum dibutuhkan penerapan Crisis Manajemen Protokol (CMP).
"Masih kejauhan turun 3% bicara crisis management protocol. Sebenarnya yang harus dilihat adalah apakah Indonesia turun sendiri atau tidak, ternyata tidak, pasar lain juga pada turun semua jadi ini masih inline dengan kondisi regional maupun internasional jadi tidak perlu khawatir," jelas dia.
Ito menilai, Indonesia masih punya potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Ini akan mendorong gerak IHSG tumbuh positif. Investor tak perlu panik.
"Kalau investor panik, wah sudah saya jual saja sahamnya, mau dibeliin saham di mana? Di Filipina turun, di Shanghai turun, Tokyo turun, mendingan investasi di tempat yang pertumbuhannya masih akan tinggi ya salah satunya di Indonesia, kalau IHSG sudah turun IHSG ke depan akan naik lagi," kata dia.
Jika melihat dari data perdagangan saham, bursa saham Filipina sudah naik 3,52% tahun ini, Jepang melaju 17,23%, dan China paling tinggi yaitu 58,65%. Hanya pasar saham Indonesia yang melemah dari awal tahun.
Lebih jauh Ito mengatakan, pergerakan IHSG akan terpantau langsung dan memberikan sinyal secara otomatis jika pelemahannya mencapai 10% dalam sehari. Mesin perdagangan akan terhenti secara otomatis selama 30 menit.
"Kalau indeks turun 10% dalam sehari, secara otomatis mesin akan berhenti 30 menit, setelah itu dibuka lagi otomatis, normal lagi, berhenti saja, nggak ada orang yang bisa berdagang di bursa," jelasnya.
Ito meyakini, prospek ekonomi Indonesia ke depan masih akan baik sehingga mendorong kinerja emiten di pasar modal menjadi lebih baik.
"Ini hanya faktor sentimen, sedikit faktor fundamental karena pertumbuhan ekonomi kuartal satu turun, ke depan pemerintah maupun BI maupun World bank sama-sama masih percaya bahwa pertumbuhan ekonomi masih akan di atas 5%, artinya emiten kita masih tetap punya peluang untuk meningkatkan kinerja keuangannya," pungkasnya.
(drk/ang)











































