Dolar AS Tinggi, Harga Anker Bir Naik

Dolar AS Tinggi, Harga Anker Bir Naik

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Kamis, 11 Jun 2015 16:42 WIB
Dolar AS Tinggi, Harga Anker Bir Naik
Jakarta - Produsen Anker Bir, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA), memutuskan untuk menaikkan harga jual produk-produknya. Hal ini seiring dengan naiknya biaya produksi yang mayoritas bahan bakunya diimpor.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah, menekan beban biaya produksi perseroan.

Managing Director Delta Jakarta Ronny Titiheruw mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia tengah melambat menjadi tantangan tersendiri di pasar industri bir.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus terdepresiasi. Belum lagi, ada pemberlakuan kenaikan tarif cukai sebesar 18,2% dari Rp 11.000 per liter menjadi Rp 13.000 per liter. Selain itu, ada aturan baru Kementerian Perdagangan soal larangan penjualan bir di minimarket.

"Faktor-faktor yang kurang menguntungkan ini menghambat pertumbuhan pasar bir," kata dia usai RUPST dan RUPSLB, di Hotel JW Marriot, Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (11/6/2015).

Ronny menyebutkan, mulai awal Juni 2015, perseroan telah menaikkan harga jual produk-produknya seperti Anker Bir, San Miguel, dan lain-lain. Besarannya tidak lebih dari 10%.

"Kenaikan harga per 1 Juni 2015, di bawah 10% untuk semua produk, kalau ada kenaikan bahan baku akan ada adjustment lagi, kita bahan baku mayoritas impor, gandum dari Australia dan China," sebut dia.

Lebih jauh Ronny menjelaskan, kondisi pasar yang sedang tidak berpihak pada produsen bir ini, membuat perseroan tidak mematok target ambisius di tahun ini. Paling tidak, pertumbuhannya sama dengan tahun lalu alias flat.

"Target produksi, terus terang di dalam keadaan pasar seperti ini kesulitan untuk target, tapi berusaha mempertahankan semaksimal mungkin penjualan yang ada di channel-channel untuk penjualan bir. Pabrik cuma satu, maksimalkan yang ada. Paling tidak pertumbuhan sama dengan tahun lalu," ujarnya.

Pemilik merek Anker Bir ini mencatat penurunan omzet dan laba di akhir Maret 2015. Omzet alias pendapatan perusahaan turun 42% menjadi hanya Rp 329,3 miliar, dari sebelumnya Rp 572,1 miliar.

Keuntungannya tercatat hanya Rp 33 miliar di kuartal I-2015, bandingkan dengan keuntungan perusahaan di periode yang sama tahun lalu Rp 79,3 miliar.

(drk/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads