Langkah bank sentral China, yaitu People's Bank of China (POBC) yang sengaja melemahkan mata uang yuan terhadap dolar AS, membuat geger pasar keuangan dunia terutama Asia. Pemerintah Indonesia berharap 'perang mata uang' tidak terjadi.
Pelemahan yuan yang terjadi hari ini membuat mata uang lain di Asia ikut turun, seperti yen, won, dolar Hong Kong, rupee, ringgit, hingga dolar Singapura.
Tujuan pelemahan yuan dilakukan untuk membuat barang ekspor dari China bersaing dan murah harganya. Bila pelemahan terus dilakukan, maka akan memicu 'perang mata uang'. Banyak negara akan membuat mata uang melemah, agar barangnya laku di pasar ekspor, dan tidak kalah murah dengan China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang, Suahasil mengatakan, China merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Kebijakan di China tentu akan berdampak pada perekonomian dunia termasuk Indoensia. "Dengan China pasti kita akan ada dampaknya," katanya.
Meski demikian, Suahasil mengatakan, pelemahan rupiah saat ini tidak akan berdampak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penghapusan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) telah membuat pengeluaran dolar AS berkurang.
"Kalau ke APBN tidak akan signifikan, karena Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pasti naik, tapi kewajiban pembayaran utang dalam dolar juga naik. Tapi ini bakal terkompensasi. APBN kita sudah lebih aman dibanding sebelum ada subsidi BBM. Jadi buat APBN enggak mengkhawatirkan," jelas dia.
Suahasil menambahkan, pelemahan rupiah saat ini justru bisa dimanfaatkan untuk bisa mendorong ekspor Indonesia. "Pelemahan rupiah juga bisa mendorong daya saing. Bisa menjual barang ekspor lebih murah," imbuhnya.
(drk/dnl)











































