Pada semester I-2015, volume penjualan Adaro turun 6% menjadi 26,6 juta ton, disebabkan kondisi pasar yang sulit, sebagai akibat dari melambatnya permintaan batu bara dan terjadinya kelebihan pasokan.
Produksi batu bara Adaro turun 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menjadi 25,9 juta ton. Harga rata-rata penjualan (ASP) Adaro turun 13% secara tahunan (year on year/yoy) sejalan dengan tekanan yang terjadi pada harga pasar batu bara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adaro melakukan langkah antisipasi untuk menghadapi pasar batu bara yang masih menantang dalam jangka pendek, karena masih adanya kelebihan pasokan yang semakin menekan harga batu bara.
Untuk itu Adaro merevisi panduan produksi di 2015 menjadi 54β56 juta ton, dari sebelumnya sebesar 56β58 juta ton.
"Kami akan terus melaksanakan keunggulan operasional, fokus pada disiplin biaya dan menerapkan strategi yang terencana dengan baik. Adaro yakin bahwa batu bara akan tetap menjadi bahan bakar yang paling efisien dan berbiaya murah bagi pembangkit listrik, yang merupakan faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Thohir, dalam siaran pers, Selasa (1/8/2015).
Ia menambahkan, walaupun prospek dalam jangka pendek masih menantang karena pertumbuhan permintaan yang melambat dan ketidakpastian makroekonomi, ia yakin permintaan batu bara khususnya dari Indonesia, Asia Selatan, dan Asia Tenggara akan memainkan peranan penting di masa yang akan datang.
"Kami juga akan terus mengembangkan usaha non pertambangan batu bara sekaligus meningkatkan kontribusinya, sehingga Adaro dapat bertahan dengan lebih baik dari siklus pasar batu bara," katanya.
Selain itu, kata pria yang akrab disapa Boy itu, Adaro juga akan terus menjalankan rencana usahanya untuk masuk ke sektor ketenagalistrikan sekaligus berkontribusi dalam menciptakan nilai maksimum dari batu bara Indonesia, termasuk melakukan pembayaran dividen tunai dan memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional.
(ang/dnl)











































