Perolehan kontrak ini bahkan melampaui pencapaian kontrak baru sepanjang tahun 2014 yang sebesar Rp 9,2 triliun. Kontribusi terbesar dari kontrak baru datang dari proyek pemerintah.
"Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru terdiri dari swasta sebanyak 34,6%, BUMN tercatat 23,5% sementara APBN/APBD sebesar 41,9%," tulis Corporate Secretary Adhi Karya, Ki Syahgolang Permata, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, Rabu (20/10/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari kontrak baru yang diperoleh, sebanyak 60,4% merupakan pembangunan gedung, 28,2% adalah pembangunan jalan dan jembatan, 11,4% berupa pekerjaan infrastruktur lainnya.
Untuk bulan September saja, Adhi Karya berhasil memenangkan proyek besar seperti Tol Ngawi-Kertosono Paket 2 dan 3 senilai Rp 1,3 triliun, pekerjaan irigasi AMS 23 senilai Rp 221,4 miliar.
Pada kesempatan itu, Adhi Karya menjelaskan perkembangan penerbitan saham baru (rights issue). Pada masa perdagangan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), Adhi Karya mencatat kelebihan permintaan atau oversubscribed.
Masa HMETD sendiri dilakukan pada periode 7 sampai 13 Oktober 2015. Nilai penerbitan saham baru Rp 2,7 triliun. Rights issue itu diserap oleh dana Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp 1,4 triliun dan dana publik Rp 1,3 triliun.
"Dana HMETD akan digunakan membangun proyek kereta ringan (Light Rail Transit/LRT) di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi sesuai amanah penugasan melalui Perpres No. 98 Tahun 2015," tuturnya.
(/)











































