Direktur Keuangan Asabri Heri Setianto mengatakan, perusahaan pelat merah itu mulai mengoleksi saham Sekawan sejak 2013 lalu. Sampai saat, jika melihat di data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI, Asabri pegang 6,99% saham Sekawan.
"Waktu pertama, dulu pas mau masuk, kita kan tentu ngobrol dulu. Nah, yang diceritakan SIAP ini perusahaan batu bara, itu mengoperasikan di mulut tambang sendiri. Itu kan penghematan listrik, 1 ton bisa US$ 14, itu efisien," katanya kepada detikFinance, Kamis (12/11/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah dari metanol ini kan bisa dibikin premium, itu malah nanti RON-nya bisa 92. Itu yang dilaporkan ke kita waktu itu. Dan memang sampai sekarang industrinya tetap jalan. Dari apa yang disampaikan itu memang berjalan," ujarnya.
"Jadi, soal isu-isu itu saya juga bingung. Mungkin beda ya antara harga saham sama industrinya, kalau industri sih tetap jalan mereka," jelasnya.
Dari kabar yang beredar, sampai saat ini berbagai proyek tersebut masih dalam tahap rencana dan belum berjalan sama sekali. Namun Heri membantah hal tersebut.
"Kita kan sebelum menentukan investasi, kita lakukan analisis terlebih dahulu. Kita pastikan perusahaan tersebut baik. Nilai buku, kapitalisasi, profil perusahaan, manajemennya, dan secara fundamental perusahaan ini bagus. Mungkin ada masalah lebih ke transaksi kali ya," katanya.
(ang/ang)











































