Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio mengatakan, OJK hanya akan mengeluarkan stimulus berupa insentif, agar perbankan bisa mengefisienkan kinerjanya, sehingga bunga kredit bisa turun.
"OJK tidak akan mengeluarkan peraturan untuk membatasi NIM, tidak akan membuat peraturan yang mengintervensi pasar. Memang OJK akan mengeluarkan stimulus pemberian insentif, untuk mengefisienkan kerja operasional perbankan," jelas Tito kepada detikFinance, Senin (22/2/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhir perkan lalu, saham-saham perbankan turun signifikan bahkan sampai sekitar 4,5% untuk beberapa bank tertentu. Total nilai perdagangan pada sektor perbankan mencapai Rp 3,18 triliun dan frekuensi 55.889 kali, yang hampir mencapai 40% dari total transaksi pada hari itu.
Dari nilai kapitalisasi pasar saham, total nilai kapitalisasi turun Rp 86 triliun. Dari nilai tersebut, nilai kapitalisasi perbankan turun 3,54% atau Rp 41,4 triliun.
Indeks bank yang selama 4 hari berturut-turut naik 1,39% harus diwarnai dengan penurunan 3,77% pada perdagangan akhir pekan saja.
"Perlu diketahui, pasar bertindak sesuai dengan informasi yang beredar dan seringkali ditanggapi seketika dan masif," ujar Tito.
"Semua sepakat, suku bunga kredit harus turun bertahap seperti yang selalu diinginkan dan diingatkan pimpinan Republik ini. Tapi, BEI percaya tidak akan ada intervensi dalam bentuk peraturan yang bisa membatasi keuntungan β margin β suatu industri," imbuh Tito. Β
Tito mengatakan, pemerintah dan regulator sedang bekerja keras mempersiapkan suatu stimulus dan memberikan insentif bagi mereka yang mau bekerja secara efisien.
"Sebelum terjadinya panic selling minggu lalu, return IHSG masih yang terbaik di antara pasar modal dunia, dengan return sebesar 4% dan masih banyak saham-saham yang memberikan return lebih dari 30% pa dalam jangka waktu 10 tahun," kata Tito. (ewi/wdl)