Tiga Bulan Menguat 4,7%, Rupiah Terancam Melemah Lagi

Tiga Bulan Menguat 4,7%, Rupiah Terancam Melemah Lagi

Maikel Jefriando - detikFinance
Selasa, 22 Mar 2016 14:40 WIB
Tiga Bulan Menguat 4,7%, Rupiah Terancam Melemah Lagi
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengingatkan semua pihak agar tetap waspada dalam mengikuti perkembangan nilai tukar rupiah. Meskipun sebenarnya saat ini masih berada dalam tren penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Sejak awal tahun hingga kemarin, mata uang Garuda sudah menguat sekitar 4,7% terhadap mata uang Paman Sam.

"Kita meyakini kalau kita tidak waspada, nanti akan ada ancaman capital reversal. Capital reversal itu akan bisa membawa tekanan kepada rupiah," ujar Agus di sela-sela acara Indonesia Investment Forum di Hotel Mandarin, Jakarta, Selasa (22/3/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus memaparkan, risiko eksternal yang patutu diwaspadai adalah rencana kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Isu yang berkembang bahwa kenaikan bisa terjadi dua kali dalam setahun.

"Tapi kita denger indikasi kemarin banyak sekali ungkapan pejabat Fed Reserve yang quite positive dengan perkembembangan ekonomi di AS. Jadi market kembali menduga mungkin di April akan ada peningkatan FFR," kata Agus.

Dari dalam negeri, kewaspadaan perlu difokuskan pada posisi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). Pada akhir 2015, posisi CAD adalah US$ 17 miliar dan diperkirakan tahun ini akan naik menjadi US$ 26 miliar.

"Kita menduga bahwa di 2016 defisitnya akan meningkat dari US$ 17 miliar bisa ke US$ 26 miliar. Ini kan dibiayai external financing dan external financing itu antara lain FDI atau portofolio investment atau pinjaman luar negeri," terangnya.

Tingginya CAD tidak terlepas dari peningkatan impor yang diperkirakan cukup signifikan, akibat agresivitas pemerintah dalam pembangunan.

"Indonesia memang harus perhatikan itu karena Indonesia sedang perbaiki ekonomi supaya jangan terlalu besar defisit transaksi berjalannya, tapi yang penting pertumbuhan ekonominya berkesinambungan," jelas Agus. (mkl/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads