Masih Banyak Risiko, Dolar AS Diproyeksi Rp 13.650 di 2017

Masih Banyak Risiko, Dolar AS Diproyeksi Rp 13.650 di 2017

Maikel Jefriando - detikFinance
Rabu, 13 Jul 2016 13:06 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Nilai tukar rupiah pada tahun depan diproyeksi lebih lemah dari asumsi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016. Diperkirakan dolar Amerika Serikat (AS) akan bergerak pada rentang Rp 13.650-13.900.

"Kurs rupiah 2017 diperkirakan 13.650-13.900 per dolar AS," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara, dalam rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (13/7/2016).

Suahasil menjelaskan, pada 2016 dan awal 2017 memang ada kebijakan pengampunan pajak yang mampu menarik dana masuk ke dalam negeri dan mendorong penguatan rupiah. Akan tetapi, dari sisi global ada beberapa risiko yang berpeluang menggunjang pasar keuangan dan membuat rupiah lebih lemah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Adanya kebijakan tax amnesty tentu bisa mendorong penguatan rupiah. Tentu akan membuat apresiasi, tapi ada beberapa risiko global yang membuat pelemahan," ujarnya.

"Misalnya adalah suku bunga AS kepastiannya naik bulan apa, kalau terjadi tentu membuat dana tertarik ke sana, ketidakpastian global juga. Kemudian ekspor kita punya potensi downside karena pelemahan China dan lemahnya harga komoditas," jelas Suahasil.

Suahasil menambahkan, rata-rata nilai tukar sampai dengan sekarang adalah Rp 13.420/US$. Hal ini menyusul derasnya aliran modal yang masuk ke dalam negeri.

"Beberapa hari belakangan kami lihat rupiah menguat di 13.100-13.200. Namun rata-rata kurs rupiah sampai saat ini 13.420 dan kami melihat bahwa rupiah yang kompetitif masih tetap kami perlukan untuk dorong ekspor Indonesia," paparnya. (mkl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads