Direktur Utama PT PP Tumiyana menyebutkan, penerbitan saham baru tidak akan membuat harga saham PTPP terdilusi atau terjadi penurunan harga saham. Hal ini dikarenakan perseroan akan melakukan injection atau pembelian saham sebesar Rp 1 triliun dari total Rp 1,6 triliun yang ditawarkan.
"Nggak (terdilusi) dong. Rights issue kira-kira 30% dari modal yang disetor. Inject Rp 1 triliun, publiknya sekitar Rp 600 miliar, jadi rights issue-nya Rp 1,6 triliun," jelas Tumiyana saat acara Investor Day di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (3/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat anak usaha yang akan ditawarkan sahamnya ke publik akan dilakukan secara bertahap. Dua anak usaha PP yang telah menjadi anak usaha akan terlebih dahulu ditawarkan ke publik yaitu PT PP Alat dan PT PP Precast. Masing-masing rencananya akan menyerap dana dari publik sebesar Rp 1,15 triliun dan Rp 1,1 triliun.
"Kalau Precast Rp 1,1 triliun, PP Alat Rp 1,15 triliun. Itu di kuartal III-2017 Precast, PP Alat kuartal IV, PP Energi kuartal IV 2017," ujar Tumiyana.
Sedangkan dua unit usaha PT PP lainnya seperti PP Energi dan PP Infrastructure terlebih dulu akan dibuat menjadi perusahaan atau spin off sebelum ditawarkan sahamnya ke publik. Kemudian unit usaha yang diperkirakan paling siap untuk melantai di BEI adalah PP Energi.
"Spin off PP Energi bulan depan, tahun depannya IPO," ujar Tumiyana.
Hal ini sejalan dengan rencana unit usaha PT PP yang bergerak di sektor energi untuk membangun pembangkit listrik sebesar 4.000 megawatt hingga tahun 2020.
"Target PP Energi itu bangun 4.000 megawatt sampai 2020. Sampai tahun depan kira-kira sudah 1200 megawatt," tutur Tumiyana.
Dirinya pun menambahkan, dana dari hasil IPO PP Alat dan PP Precast akan digunakan untuk menambah modal perseroan untuk membangun properti.
"Untuk modal kerja dan ekspansi, untuk precast kan untuk bangun rumah. Untuk bangun high rise building, precast bukan untuk bangun komponen. Pokoknya itu menjadi spesialis," tutup Tumiyana. (drk/drk)