"Intinya ada sedikit premi untuk investor. Kalau market based itu ada deposito, SUN (surat utang negara) secondary market, LPS rate (bunga Lembaga Penjamin Simpanan), BI Rate (bunga acuan Bank Indonesia). Kita di atasnya sedikit," kata Suminto, Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, di kantornya, Jakarta, Senin (5/9/2016).
Hal ini dibuktikan dengan realisasi penjatahan sebesar Rp 2,585 triliun. Padahal awalnya dirtargetkan Rp 2 triliun. Instrumen ini paling banyak dibeli oleh pegawai swasta/profesional dengan porsi sebesar 36% berdasarkan volume.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suminto menjelaskan, produk ini bukan berarti menyaingi perbankan. Walaupun dari sisi investor ada irisan, karena merupakan individu.
"Sebenarnya kita tidak bermaksud untuk berkompetisi ke perbankan, tapi karena ini ritel kan investornya ada irisan investor. Kan deposan nasabah individu dan ini investor individu," papar Suminto. (mkl/wdl)











































